BULGARIA (voa-islam.com) - Seorang warga Prancis yang ditangkap di Bulgaria pada tanggal 1 Januari karena mencoba menyeberang ke Turki telah melakukan kontak dengan salah satu dari dua bersaudara yang melakukan serangan di Paris pekan lalu, jaksa mengatakan Selasa (13/1/2015).
Fritz-Joly Joachin, 29, seorang warga Prancis asal Haiti, "melakukan kontak beberapa kali dengan salah satu dari dua bersaudara - Cherif Kouachi," jaksa penuntut umum Darina Slavova mengatakan kepada AFP.
Dia mengatakan kontak ini terjadi sebelum Joachin meninggalkan Prancis pada tanggal 30 Desember, sepekan sebelum Cherif Kouachi dan saudaranya Said menewaskan 12 orang dalam penyerangan di kantor Charlie Hebdo di Paris yang mereka lakukan sebagai balasan atas penerbitan kartun menghina Nabi Muhammad oleh mingguan satir Prancis tersebut.
Joachin awalnya ditahan pada surat perintah penangkapan Eropa yang dikeluarkan oleh Prancis menyusul tuduhan oleh istrinya bahwa ia telah menculik putra mereka yang berusia tiga tahun.
Tetapi pada hari Senin, saat polisi Prancis menyelidiki kontak dari saudara Kouachi, jaksa Bulgaria menerima surat perintah penangkapan Eropa kedua yang dikeluarkan oleh pengadilan di Paris.
"Tuduhannya adalah berpartisipasi dalam kelompok kejahatan terorganisir yang tujuan organisasi itu aksi-aksi teroris (baca;jihad)," kata Slavova.
Kouachi bersaudara melakukan serangan mereka di kantor mingguan satir Prancis Charlie Hebdo Paris pada tanggal 7 Januari. Dua hari kemudian mereka gugur dalam baku tembak dengan pasukan keamanan Prancis.
Secara terpisah Amedy Coulibaly, yang memiliki hubungan dengan saudara-saudara, menembak mati polisi pada 8 Januari dan hari berikutnya empat orang Yahudi di supermarket khoser di Paris sebelum Coulibaly juga terbunuh oleh polisi.
Menurut istri Joachin, Joachin masuk Islam 15 tahun yang lalu dan berubah menjadi lebih taat dua tahun lalu. Dia mengatakan ia berencana untuk membawa anak mereka ke Suriah untuk mendidik dia dalam komunitas jihad.
Joachin mengatakan pada jaksa bagaimanapun ia bepergian dengan anaknya hanya untuk liburan di Istanbul, dan media Bulgaria mengutip perkataannya menyangkal dia seorang ekstrimis.
"Saya Muslim, tapi saya bukan radikal atau teroris," surat kabar Presa mengutip perkataannya.
Sidang ekstradisi akan berlangsung pada hari Jumat. Pada hari Senin ia mengatakan ia tidak akan menggugat ekstradisinya kembali ke Prancis.
Menteri Dalam Negeri Bulgaria Veselin Vuchkov mengatakan Selasa bahwa warga negara Uni Eropa dapat dengan mudah menyeberang dari perbatasan Bulgaria ke Turki, dan kemudian ke Suriah untuk bergabung dengan mujahidin Daulah Islam (IS), jika pihak berwenang Bulgaria tidak diperingatkan oleh negara asal mereka.
"Banyak ratusan warga Uni Eropa, dengan dokumen yang benar-benar valid dan tanpa peringatan keamanan tentang mereka, dengan mudah dapat menyeberangi wilayah Bulgaria," katanya. (aa/f24)