View Full Version
Jum'at, 23 Jan 2015

Pentolan Anti-Islam di Jerman Itu Kena Batunya

JERMAN (voa-islam.com) - Orang biasanya jatuh bukan karena batu yang sebesar bola basket, tapi karena kerikil. Perumpamaan itu tampaknya cocok untuk pentolan gerakan anti-Islam di Jerman (Pegida), Lutz Bachmann.

Ia harus mundur dari gerakan tersebut gara-gara ber-selfie ria yang berpose sebagai pemimpin Nazi Adolf Hitler. Foto itu ia taruh di akun Facebook—nya, lengkap dengan makian ke seluruh imigran di Jerman. Bukan hanya itu, Lutz Bachmann juga kini menjadi sasaran penyidikan Kejaksaan Jerman, Ia dituding melakukan hasutan massa.

Foto Bachmann berpose dengan kumis dan gaya potongan rambut khas Hitler sebenarnya muncul di akun Facebooknya pada September 2014, tapi kemudian ia cabut kembali. Ia juga mengeposkan komentar kasar, antara lain menyebut imigran dan pemohon suaka di Jerman sebagai hewan ternak dan sampah.

Pos-nya di Facebook itu memicu gelombang kemarahan di Jerman. Bachmann berusaha mengelak dengan mengatakan foto itu hanya lelucon dan ia juga meminta maaf.

Tapi, Wakil Kanselir Jerman Sigmar Gabriel dengan tegas mengatakan, “Siapa pun dalam politik Jerman jika berpose sebagai Hitler hanya ada dua kemungkinan, sangat idiot atau ia memang Nazi.” Bachman sendiri eks narapidana dalam berbagai kasus kriminal dan delik narkoba, juga menjadi salah seorang pendiri gerakan anti-Islam Pegida di Dresden. Ia pun ditekan untuk mundur oleh anggota lain Pegida.

Seiring skandal selfie gaya Hitler dari Lutz Bachmann, gerakan yang menamakan dirinya anti-Islamisasi Jerman itu juga mengalami perpecahan internal. Kini muncul kelompok serupa di Leipzig, yang menamakan dirinya Legida. Kelompok anti-warga migran yang lebih radikal ini diduga muncul dipicu larangan demonstrasi Pegida awal pekan ini gara-gara adanya ancaman pembunuhan oleh orang yang mengaku-aku sebagai militan Islam. Pegida di Dresden yang mendapat cukup banyak dukungan kini menyatakan menjaga jarak dengan kelompok anti-Islam di Leipzig, Legida.

Kedua kota itu berada di kawasan timur Jerman dan terpisah jarak sekitar 100 kilometer. Kelompok Pegida dengan licik melansir manifesto berisi 19 poin asas mereka yang tidak menunjukkan secara eksplisit kelompok anti-imigran itu rasis atau xenofobi. Sebaliknya, Legida dalam aksi pawai di Kota Leipzig pada Rabu malam lalu (21/1) secara demonstratif menunjukkan dukungan ribuan anggota Neo-Nazi.

Aksi anti-warga asing dan anti-Islam yang digelar kelompok ekstrem kanan di Leipzig itu juga berlangsung dengan diwarnai kekerasan dan pengrusakan. Jumlah pendukung pawai gerakan rasis itu menurut laporan polisi sekitar 15.000 orang, sementara aksi demonstrasi kelompok penentang Legida didukung 20.000 orang. Sementara itu, seorang pria di Inggris yang mengidap kanker dan diprediksi hidupnya tersisa enam bulan lagi, Peter Chatfield, yang sedang menjalani rawat inap di Queens Hospital, dibesuk lebih dari ratusan umat Islam dari penjuru dunia.

Chatfield sebelumnya dikenal sebagai orang yang sangat anti-Islam, bahkan sering menghina dan bersikap kasar dengan umat Islam di Inggris. Tapi, setelah mengidap kanker, Chatfield melalui akun media sosial meminta maaf atas tindakan kasarnya terhadap umat Islam.

Ia menulis, “Aku sadar hidupku tak lama lagi. Aku banyak melakukan kesalahan kepada umat Islam. Karena itu, aku meminta maaf dan semoga semuanya mau memaafkan aku.” Tak dinyana, penyataan maafnya tersebut menyebar di dunia maya dan dibaca umat Islam di Inggris dan di berbagai belahan lain dunia.

Beberapa hari kemudian, Chatfield dibesuk ratusan umat Islam, bahkan ada yang datang jauh-jauh dari Arab Saudi datang untuk menjenguknya di Queens Hospital.PenghinaIslam Tentu saja, Chatfield sangat terkejut dengan kunjungan ratusan orang itu. Padahal, dirinya telah melakukan banyak kekerasan kepada umat Islam.

“Mereka luar biasa. Ketika seseorang yang sedang terbaring dan tidak ada yang menjenguk, aku dikunjungi ratusan umat Islam. Mereka sangat baik,” tuturnya.

Di media sosial internet juga kini ramai dibicarakan sebuah video berdurasi hamir tiga menit yang diunggah seorang bernama Bahrain Tahir pada 2012 lalu. Video itu berisi kuliah seorang profesor sejarah Universitas Hebrew, Yerusalem, Moshe Sharon, yang ditayangkan kantor berita Israel, Arutzsheva.

Moshe Sharon menyatakan, agama di alam semesta ini pada dasarnya hanyalah satu. Agama tersebut mengukuhkan keesaan Allah dan menegaskan Nabi Muhammad sebagai utusan Allah. “Dari mulai diciptakannya semesta ini hanya ada satu agama, yaitu Islam,” katanya.

Ia menjelaskan lebih lanjut, jika ada siapa pun menyatakan tempat ini adalah kuil Sulaiman, muslim akan menyatakan itu benar. “Solomon [Sulaiman] adalah muslim. David [Daud], Abraham [Ibrahim], Moses [Musa], Yesus [Isa] adalah muslim. Inilah yang saya maksudkan dengan islamisasi sejarah. Di seluruh islamisasi sejarah akan ada islamisasi geografi, semua wilayah yang berhubungan dengan tokoh-tokoh tadi adalah wilayah muslim,” ungkap Sharon, yang ketika tampil mengenakan tutup kepala yang biasa dipakai umat yahudi atau yarmuk.

Begitu pula dengan manusia pertama di alam ini, Adam alaihissalam, adalah seorang muslim. “Mereka adalah muslim,” ujarnya. Hal tersebut dilontarkannya berdasarkan adanya pertanyaan bagaimana sikap Islam terhadap sejarah. Dia kemudian menegaskan sesungguhnya, seluruh sejarah di alam raya ini adalah tentang Islam. “Semua tokoh besar sepanjang sejarah pada dasarnya adalah muslim. Dari mulai Nabi Adam hingga ke zaman kita sekarang ini,” tuturnya.

Jadi kalau orang yahudi dan nasrani menuntut sesuatu dan mendasarinya dalam argumen sejarah bahwa ada raja bernama Solomon, Raja David, Moses, atau bahkan Yesus atau Isa, tentu apa yang mereka katakan adalah tidak benar. “Atau sebenarnya mereka tidak tahu bahwa sebenarnya mereka itu tokoh-tokoh muslim,” kata Moshe.

Menurut dia, semua wilayah yang berhubungan dengan tokoh-tokoh tadi adalah wilayah muslim dan, terlepas apakah sesudah Nabi Muhammad datang atau belum, wilayah-wilayah itu harus dibebaskan. “Bukan untuk ditaklukkan. Yang ada adalah untuk dibebaskan,” katanya lagi. Islam, lanjutnya, muncul di sejarah, pada saat Muhammad, adalah sebagai pembebas. “Tidak ada penjajahan dalam Islam. Yang ada adalah pembebasan dalam Islam,” ungkapnya. (DW/Islamicdailynews/Pur)


latestnews

View Full Version