TUNIS, TUNISIA (voa-islam.com) - Tunisia mengatakan orang-orang bersenjata yang membunuh 21 orang dalam serangan terbaru pada museum terkemuka di negara itu di ibukota Tunis, dilatih di Libya.
"Mereka meninggalkan negara ini secara ilegal pada Desember lalu ke Libya dan mereka mampu berlatih dengan senjata disana" sebelum kembali ke Tunisia, Rafik Chelly, sekretaris negara untuk keamanan, mengatakan pada hari Jum'at (19/3/2015). Kedua pria bersenjata itu telah disebutkan namanya oleh otoritas sebagai Yassine Abidi dan Hatem Khachnaoui.
Serangan itu terjadi terhadap Museum Nasional Bardo, Rabu. Para pejabat Tunisia mengatakan 23 orang, termasuk dua orang bersenjata, tewas dalam serangan itu. Sembilan belas warga negara asing termasuk di antara korban tewas.
Mujahidin Daulah Islam (IS/ISIS) yang mengusai petak besar di Irak dan Suriah telah menyatakan bertanggung jawab atas serangan itu.
Kepala keamanan mengatakan dua pria bersenjata itu berasal "dari sel-sel tidur" yang hadir di beberapa daerah. "Kami tahu mereka bisa meluncurkan operasi, tapi kami harus mengumpulkan petunjuk untuk melakukan penangkapan," kata Chelly pada Kamis malam.
Juga pada hari Kamis, kantor Presiden Tunisia Beji Caid Essebsi mengumumkan bahwa sembilan orang dengan link ke orang-orang bersenjata telah ditangkap, empat dari mereka diyakini terkait langsung ke penyerang.
Keamanan telah ditingkatkan di sepanjang perbatasan berpori Tunisia dengan Libya dan Aljazair, sementara Essebsi telah memerintahkan pasukan militer untuk digunakan di kota-kota besar. (st/ptv)