View Full Version
Senin, 06 Apr 2015

Pemimpin Muslim Prancis Ingin Jumlah Masjid di Negara itu Ditingkatkan 2 kali Lipat

LE BOURGET, PRANCIS (voa-islam.com) - Salah satu pemimpin tertinggi Muslim Prancis telah menyerukan peningkatan jumlah masjid menjadi dua kali lipat selama dua tahun ke depan untuk memperbaiki kekurangan tempat ibadah bagi jutaan orang beriman negara itu.

Berbicara pada pertemuan akhir pekan organisasi Islam Prancis, di mana peserta diminta peduli dalam menghadapi meningkatnya serangan anti-Muslim, Dalil Boubakeur mengatakan 2.200 masjid di negara itu tidak cukup mewakili komunitas Muslim terbesar di Eropa.

"Kita perlu jumlah double dalam waktu dua tahun," kata kepala Dewan Muslim Prancis dan rektor masjid Paris itu di kota Le Bourget dekat ibukota.

"Ada banyak ruang-ruang shalat, dari masjid yang belum selesai, dan ada banyak masjid yang tidak dibangun," tambahnya pada hari Sabtu pada pertemuan Muslim tersebut, yang disebut sebagai yang terbesar di dunia Barat.

Konvensi tahunan Persatuan Organisasi Islam Perancis (UOIF) ini, dimana kelompok itu terdiri dari lebih dari 250 asosiasi Muslim, terjadi hanya beberapa bulan setelah orang-orang bersenjata menewaskan 17 orang di dan dekat Paris.

Sejak itu, telah terjadi kenaikan di Islamofobia di Prancis, dengan 167 aksi terhadap masjid atau ancaman yang tercatat pada bulan Januari saja dibandingkan dengan hanya 14 di bulan yang sama tahun lalu.

Prancis telah lama memiliki hubungan yang sulit dengan minoritas Muslim - saat ini diperkirakan berjunlah antara empat hingga lima juta - yang kembali ke masa silam ke perjuangan berdarah di bekas koloni mereka di Afrika Utara dan warisan imigran yang terjebak di beberapa distrik termiskin di negara itu.

Dekade panjang perjuangna bersenjata umat Muslim terhadap kekuasaan Prancis di Aljazair pada pertengahan abad kedua puluh, diikuti oleh serangkaian serangan jihadis Aljazair di Prancis pada 1990-an menciptakan kesulitan bagi hubungan komunal - yang kembali bangkit dengan munculnya radikalisasi global setelah serangan 11 Septermber 2001.

Selain tindakan fisik, sentimen anti-Muslim di negara ini bervariasi dari penolakan para walikota untuk pembangun masjid hingga resistendi terhadap makanan halal yang disajikan di penjara-penjara atau sekolah-sekolah.

Para peserta pertemuan - yang sementara diorganisir oleh UOIF, sebuah kelompok yang dekat dengan Ikhwanul Muslimin, berkisar antara penganut paham liberal hingga ultrakonservatif - mengecam kekerasan yang dilakukan atas nama Islam.

"Kami setia kepada negara kita, Prancis. Kita mencintai Allah, kita mencintai nabi kita, tetapi kita juga cinta Republik Prancis, "kata Amar Lasfar, kepala UOIF.

Boubakeur setuju, menambahkan bagaimanapun bahwa umat Islam juga harus dihormati di Prancis.

"Islam bukan lagi Islam yang berasal dari imigrasi, ini adalah Islam nasional yang memiliki hak untuk pengakuan dan perhatian penduduk Prancis, sebagaimana masyarakat lain di Prancis," kata Boubakeur. (by/gn)


latestnews

View Full Version