AMERIKA SERIKAT (voa-islam.com) - Human Rights Watch (HRW) mengatakan hari Selasa (12/5/2015) bahwa kelompok bersenjata di Yaman terutama kelompok pemberontak Syi'ah Houtsi merekrut dan mengirim anak-anak ke medan pertempuran.
Kelompok pemberontak Syi'ah Houtsi telah mengintensifkan perekrutan, pelatihan, dan penyebaran anak-anak yang melanggar hukum internasional, kata pernyataan itu.
Organisasi itu mengatakan pemberontak dukungan Iran itu telah semakin meningkatkan penggunaan anak sebagai mata-mata, penjaga, pelari, dan petempur, dengan beberapa anak-anak yang terluka dan tewas, katika mereka mengambil alih ibukota Sana'a pada bulan September.
"Katika pertempuran berkecamuk di Yaman, Houtsi telah menggenjot perekrutan mereka terhadap anak-anak," kata Fred Abrahams, penasihat khusus di Human Rights Watch. "Komandan dari Houtsi dan kelompok bersenjata lainnya harus berhenti menggunakan anak-anak atau beresiko dituntut kejahatan perang."
Menurut UNICEF, anak-anak dalam kelompok pemberontak Syi'ah Houtsi dan kelompok bersenjata lainnya berjumlah hingga sepertiga dari semua petempur di Yaman, katanya, sementara menguraikan bahwa kelompok-kelompok bersenjata merekrut sedikitnya 140 anak-anak antara 26 Maret dan 24 April 2015.
Pemberontak Syi'ah Houtsi pertama memberi anak-anak doktrin ideologis Syi'ah Zaidi selama setidaknya satu bulan, diikuti dengan pelatihan militer di salah satu basis mereka di seluruh negeri, katanya.
Berdasarkan wawancara, anak-anak tersebut mengatakan mereka tidak dibayar tapi hanya diberi makanan dan qat, narkoba jenis ringan yang biasa digunakan oleh pemberontak Syi'ah itu sebagai stimulan, tambahnya.
Meskipun kelompok pemberontak Syi'ah Houtsi tidak mau mengakui dan mengatakan para rekrutmen anak tidak berpartisipasi dalam pertempuran, namun organisasi ham internasional itu didokumentasikan kasus-kasus tentara anak di kelompok pemberontak Syi'ah yang mencoba mencaplok seluruh Yaman yang mayoritas berpenduduk Sunni tersebut.
Semua rekrutmen anak itu berusia di bawah 18 tahun, sebagian besar antara 14-16, katanya, sambil menunjuk bahwa ada juga rekrutan anak yang berusia 7 tahun.
Organisasi itu mengatakan pemberontak Syi'ah Houtsi memiliki catatan panjang menggunakan anak-anak sebagai tentara mereka dan babhwa HRW telah melaporkan masalah tersebut sejak tahun 2009. (st/yp)