BAGHDAD, IRAK (voa-islam.com) - Pasukan miilisi Syi'ah Irak, juga dikenal sebagai Unit Mobilisasi Popular, telah sesumbar untuk mengusir Daulah Islam (IS) dari Ramadi, ibukota provinsi Anbar.
Kota Ramadi di Irak tengah terletak sekitar 110 kilometer sebelah barat Baghdad.
Youssef al-Kilabi, juru bicara pasukan Syi'ah yang berjuang bersama pasukan pemerintah, mengatakan kepada The Associated Press (AP) bahwa para pejuang Syi'ah telah menyusun rencana untuk meluncurkan serangan di Ramadi bekerjasama dengan pasukan pemerintah.
Al-Kilabi sesumbar petempur Syi'ah akan "menghilangkan musuh barbar," dan "mencapai kemenangan ini dan kami tidak akan menerima sesuatu yang kurang dari itu."
Sesumbar kelompok Syi'ah yang didukung Iran itu datang sehari setelah Daulah Islam menguasai Ramadi. Para petempur Syi'ah, antara kelompok-kelompok relawan Irak lainnya, telah bergabung dengan tentara Syi'ah Irak untuk melawan IS di Ramadi.
Perdana Menteri Irak Hadi al-Ameri meminta kelompok Syi'ah dukungan Iran untuk bergabung dalam pertempuran untuk mengusir IS dari ibukota provinsi itu setelah pejuang Syi'ah bergabung dengan pasukan pemerintah dalam menanggapi seruan dari ulama tertinggi Syi'ah di negara itu, Ayatollah Ali al- Sistani, untuk ambil bagian memerangi IS di Irak utara dan barat.
Lakukan kejahatan terhadap warga Sunni
Pasukan milisi Syi'ah telah dipuji sebagai pahlawan oleh sesama kaum Syi'ah, tapi bagi minoritas Sunni mereka adalah penjahat karena melakukan pembunuhan di luar hukum dan dengan mengusir orang-orang sipil Sunni dari rumah-rumah mereka karena dituduh gagal untuk melawan Daulah Islam.
Selain itu teror yang mereka lakukan terhadap penduduk Sunni juga berupa penjarahan dan pembakaran terhadap properti mereka agar mereka takut untuk kembali ke kampung halaman mereka.
Pada akhir Maret lalu, salah satu pasukan milisi Syi'ah yang tergabung dalam Unit Mobilisasi Populer, Kataib Hizbullat, yang ikut memerangi Daulah Islam telah menjarah, meledakkan atau membakar rumah-rumah di kota berpenduduk mayoritas Sunni Al-Dour setelah mundurnya IS.
Para pejabat lokal Irak mengatakan bahwa Lebih dari 150 rumah dibakar dalam peristiwa tersebut.
Kejahatan HAM yang dilakukan oleh tentara Syi'ah Irak dan milisi-milisi Syi'ah tidak hanya dilaporkan oleh pejabat Sunni lokal, namun juga oleh Organisasi pemantau HAM internasional, Human Right Watch (HRW).
Dalam sebuah laporan HRW yang berjudul “Setelah Pembebasan, Datang Kehancuran: Milisi Irak dan pasca Amerli, kelompok pemantau HAM itu mengatakan bahwa milisi Syi'ah menjarah harta benda milik warga Sunni yang mengungsi karena pertempuran. Rumah dan toko-toko warga Sunni dibakar dengan sedikitnya ada dua desa hancur, rata dengan tanah.
Laporan yang dirilis pada 18 Maret lalu itu menunjukkan milisi Syiah dengan berkoordinasi dengan pasukan keamanan pemerintah menyerbu sejumlah desa di kota Amerli secara sistematis dengan perencanaan rapi. Padahal, di desa itu tidak ada gerilyawan bersenjata.
HRW mengatakan bahwa lusinan saksi mata di antaranya perwira milisi Kurdi Peshmerga dan tokoh suku lokal, menyatakan mereka melihat para milisi Syi'ah menyerbu Amerli setelah berhasil memukul mundur IS. Mereka mencuri segala benda di dalam rumah, kemudian menghancurkan dan membakarnya.
Warga mengatakan kepada HRW, dari pakaian dan slogan-slogan yang menempel di bendera dan seragam milisi tersebut, diketahui bahwa mereka adalah anggota milisi Syi'ah Faliq Badar, Ashaib Ahlul Haq, Kataib Hizbullat, Saraya Thala’i Al-Khurasani. Mereka tergabung dalam wadah milisi Al-Hasd Al-Syakbi.
Ini merupakan laporan kedua HRW sejak awal tahun 2015 tentang pelanggaran dan kekejaman yang dilakukan milisi Syiah di Irak.
Laporan sebelumnya menegaskan bahwa milisi Syiah di negara itu mengeksekusi, menculik dan menyiksa serta mengusir para warga Sunni. (st/ptv,voi)