AMMAN, YORDANIA (voa-islam.com) - Salah satu politisi Arab Sunni terkemuka Irak, Wakil Perdana Menteri Saleh Mutlaq, hari Jum'at (22/5/2015) mencap penarikan mundur kacau balau tentara Irak dari ibukota Anbar, Ramadi sebagai memalukan.
Mutlaq, yang dirinya berasal dari provinsi mayoritas Sunni tersebut, mengatakan pemerintah yang dipimpin Syiah akan mendisiplinkan para petugas yang telah menyerah dalam pertempuran ketika jihadis Negara Islam menyerbu kota hari Minggu lalu.
"Ini tak masuk akal bahwa pasukan dengan lebih dari 10 tahun pelatihan harus menarik keluar dengan cara yang memalukan ini," kata Mutlaq di sela-sela konferensi di negara tetangga Yordania.
"Pemerintah akan memanggil para komandan yang meninggalkan pertempuran di masa sulit ini."
Mutlaq menyerukan perubahan kebijakan oleh Washington, mengatakan bahwa serangan udara pimpinan AS dan rencana untuk merekrut milisi dari suku Sunni lokal tidak cukup.
"Serangan udara Koalisi tidak cukup untuk menghilangkan IS," katanya.
Merekrut suku Sunni adalah "penting tapi tidak cukup," katanya, menambahkan bahwa dalam hal apapun itu "terlambat".
Ramadi jatuh ke tangan IS setelah hampir 18 bulan pengepungan oleh Daulah Islam yang telah mengusai petak besar wilayah di Irak dan Suriah tersebut.
Dalam menghadapi tiga hari serangan oleh IS, menggunakan bom mobil jibaku besar, pasukan Syi'ah Irak kabur meninggalkan markas mereka dalam keadaan kacau balau yang melihat beberapa komandan kabur dengan helikopter dan yang lain dieksekusi oleh IS. (st/AFP)