TURKY (voa-islam.com) - Detik.com melansir kabar 10 Warga Negara Indonesia (WNI) dipaksa turun dari Pesawat Turkish Airlines di bandara Ataturk, Istanbul, Turki, saat hendak lepas landas. Selain dipaksa turun, seluruh telepon selular dan kamera disita pihak kepolisian dan keamanan bandara.
WNI yang tergabung dalam Forum Indonesia Peduli Syam (FIPS) mereka adalah 4 panitia, 3 tokoh organisasi Indonesia, dan 3 jurnalis termasuk detikcom yang diundang meliput. Rombongan FIPS yang hendak mengirimkan bantuan bagi pengungsi Suriah, dipaksa turun saat pesawat hendak menuju Provinsi Hatay, Turki.
Rombongan dipaksa turun dari pesawat sekitar pukul 15.15 waktu Istanbul (atau pukul 19.15 WIB) di Bandara Ataturk, Istanbul, Turki, Senin (1/5/2015) oleh kepolisian bandara. Mereka lalu dimasukkan ke dalam bus yang datang mendekat ke pesawat.
Di bus itulah, polisi berseragam yang mengantongi pistol, petugas keamanan bandara dan polisi atau intelejen berpakaian preman menanyakan tentang tujuan rombongan ke Hatay. Dijelaskan tujuannya untuk mengirim bantuan donasi ke pengungsi Suriah di Hatay.
Polisi mulai bersikap kasar dengan menyita seluruh telepon dan kamera yang dibawa, terutama setelah salah seorang dari rombongan kedapatan merekam tindakan keamanan bandara dan polisi.
Satu persatu rombongan digeledah dengan mengecek apa yang melekat di pakaian. Lalu semua telepon seluler, kamera, termasuk recorder dikumpulkan. Dengan bahasa Turki mereka meminta seluruh alat-alat itu dikeluarkan.
Tak hanya itu, tas rombongan juga digeledah dan dibuka lalu dikeluarkan termasuk laptop dan tablet. Penumpang diminta berdiri di sudut bus tertentu, sementara sekitar tiga orang diduga polisi/intelejen berpakaian bebas menjaga di dalam bus. Lainnya termasuk keamanan bandara menunggu di luar dan keluar masuk.
Di dalam bus, panitia mulai ditanyai tentang tujuan ke provinsi yang berbatasan dengan Suriah tersebut. Dijelaskan bahwa tujuannya untuk mengirimkan bantuan melalui dokter Suriah yang ada di Hatay.
Sekitar setengah jam di dalam bus, rombongan diminta masuk ke kantor polisi bandara. Mulai dari dibawa ke bus sampai digiring ke kantor polisi, mereka menolak menjelaskan mengapa rombongan dipaksa turun.
Di dalam kantor polisi itu, beberapa orang diduga petinggi kepolisian, berbincang dan mulai memanggil ketua rombongan sekjen FIPS Abu Harits ke dalam ruangan. Panitia ditanyai tentang tujuan yang kembali dijawab soal misi kemanusiaan ke Hatay.
Ustadz Abu Harits salah satu rombongan dari Forum Indonesia Peduli Syam (FIPS) sebelumnya tiba di Istanbul pada tanggal 28 Mei.
Ustadz Abu Harits salah satu rombongan dari Forum Indonesia Peduli Syam (FIPS) sebelumnya tiba di Istanbul pada tanggal 28 Mei. Beberapa kegiatan yang sudah dilakukan, yaitu berdialog dengan organisasi kemanusian yang membantu pengungsi suriah (IHH) di Turki. Lalu berdialog dengan ulama asal Suriah.
Sebanyak 10 WNI yaitu 4 orang aktivis Forum Indonesia Peduli Syam (FIPS sebagai panitia), 3 tokoh organisasi Indonesia, dan 3 jurnalis termasuk detikcom dibawa ke kantor polisi bandara setelah disita seluruh HP, kamera, rekaman, tablet dan laptop saat ditahan di dalam bus selama sekitar 30 menit.
Rombongan dipaksa turun dari pesawat sekitar pukul 15.15 waktu Istanbul (atau pukul 19.15 WIB) di Bandara Ataturk, Istanbul, Turki, Senin (1/5/2015), dan digiring ke kantor polisi. Di dalam kantor polisi, rombongan diminta duduk di semacam ruang tamu.
Lalu beberapa orang bergantian dipanggil ke ruangan yang di dalamnya ada petinggi kepolisian. WNI yang pertama dipanggil adalah Sekjen FIPS Abu Harits yang juga ketua panitia, lalu Wakil Sekjen Majelis Intelektual dan Ulama Muda indonesia (MIUMI) Fahmy Salim, panitia Abdush Shomad. Ketiganya ditanya dengan bahasa arab.
Setelah ketiganya, yang keempat dan terakhir dipanggil adalah detikcom. 3 Orang yang dipanggil sebelumnya ditanyai tentang tujuan ke Hatay yang berbatasan dengan Suriah, hingga soal ISIS. detikcom juga ditanya hal yang serupa terutama ISIS, lantaran ada foto berupa barang bukti bendera ISIS di HP.
Foto tersebut adalah foto yang menampilkan barang bukti seorang terduga ISIS yang menampilkan bendera ISIS dan lainnya. Dijelaskan bahwa foto itu diperoleh detikcom dari narasumber saat ramai WNI ditangkap diduga terkait ISIS.
3 Orang polisi tak berseragam diduga intelejen/anti teror bertanya lebih dalam soal darimana foto itu diperoleh, untuk keperluan apa, dan sebagainya, termasuk soal pekerjaan wartawan yang minta dibuktikan mulai dari paspor, ID hingga laman detik.com
Pada (31/5) kemarin, menghadiri peringatan 5 tahun tragedi Mavi Marmara, yaitu tragedi penyerangan kapal bantuan dari berbagai negara yang hendak menuju Palestina. Sementara agenda menuju Hatay adalah untuk memberikan bantuan bagi pengungsi Suriah melalui dokter Suriah yang ada di Hatay, Turki.
Alhamdulillah, Setelah 4 jam diinterogasi, dan dimediasi pihak KJRI di Turki, tim FIPS akhirnya dibebaskan dan kembali beraktivitas karena salah paham. Selengkapnya.. [adivammar/detik]
Berita Terkait:
KJRI Temui Ustadz Abu Harits dan 10 WNI Saat Hendak Kirim Bantuan Yang Ditangkap di Pesawat Turki
Salah Paham, Setelah Di Interogasi 4 Jam di Bandara Istanbul, 10 WNI kembali Beraktivitas