ISLAMABAD, PAKISTAN (voa-islam.com) - Amerika Serikat kembali turut campur terhadap urusan dalam negeri negara lain dengan Pakistan untuk mengadili orang-orang yang dituduh terlibat dalam penembakan aktivis anti Taliban, Malala Yousafzai meskipun pengadilan telah membebaskan mereka karena kurangnya bukti.
Amerika Serikat kembali turut telah mendesak Pakistan untuk mengadili semua orang yang dituduh bertanggung jawab atas serangan terhadap Malala Yousafzai tahun 2012 lalu, mengirimkan utusan untuk memastikan bahwa Islamabad benar-benar menuruti permintaan mereka.
Malala Yousafzai, sekarang 17 dan tinggal di Inggris, ditembak di kepala pada Oktober 2012 ketika dia pulang dari sekolah pada bus di Swat.
"Kami benar-benar ingin mereka yang bertanggung jawab harus dibawa ke pengadilan," seorang juru bicara Departemen Luar Negeri AS Marie Harf mengatakan pada konferensi pers di Pakistan sebagaimana dilansir kantor berita Dawn. "Kami juga telah berulang kali menyerukan Pakistan untuk memastikan proses hukum secara umum dalam kasus ini dan yang lain."
Harf mengatakan pemerintah AS sedang berusaha untuk mendapatkan informasi lebih lanjut tentang hal ini dan "akan mungkin untuk mengatakan lebih" ketika mendapat informasi tersebut.
Sebelumnya pada Jum'at Pengadilan Pakistan telah membebaskan delapan dari sepuluh tersangka yang dituduh terlibat Malala Yousafzai karena tak terdapat bukti yang cukup untuk menghubungkan mereka dengan aksi penyerangan tahun 2012 lalu.
Malala menarik perhatian dunia tahun lalu ketika Taliban menembaknya di kepala di barat laut Pakistan karena menjelek-jelekan kelompok pejuang Islam tersebut. Dia merilis memoar pada bulan Oktober berjudul, "I Am Malala," yang ditulis bersama wartawan Inggris Christina Lamb.
Malala telah menjadi pahlawan bagi Barat karena menentang Taliban dan berkampanye untuk pendidikan anak perempuan ala Barat di negaranya.
warga Pakistan, khususnya di kampung halamannya di Lembah Swat, membenci remaja yang dijadikan oleh Barat sebagai "boneka" perlawanan terhadap pejuang Islam, menyebutnya sebagai antek Amerika Serikat dan agen CIA, serta simbol kejahatan Barat dan konspirasi global untuk menjatuhkan Pakistan.
Taliban sendiri, sebelum menembak Malala, telah berulang kali memperingatkan gadis remaja itu untuk menghentikan "kampanye hitam" terhadap mereka, namun hal itu tidak pernah digubris sehingga terjadi percobaan pembunuhan terhadap dirinya. (st/dawn,voi)