PARIS, PRANCIS (voa-islam.com) - Ibu dari seorang pemuda Prancis yang masuk Islam dan kemudian bergabung dengan kelompok mujahidin di Suriah menggugat negaranya karena gagal untuk mencegah anaknya dari meninggalkan bandara di Nice, kota kelahirannya.
Bryan Dancona, berasal dari sebuah keluarga Katolik, meninggalkan Nice dua hari setelah merayakan Natal dengan kerabatnya di akhir 2013 dan sekarang di Suriah dan dia kadang-kadang menelepon ibunya Nadine dari sana, menurut pengacaranya Samia Maktouf, yang mengajukan kasus tersebut di Pengadilan sipil di Paris pada Selasa (9/6/2015).
Nadine Dancona menuntut uang sebesar 110,000 Euro dengan alasan bahwa polisi perbatasan di bandara Nice seharusnya menghentikan seseornag yang berusia di bawah umur - Bryan berusia 16 tahun pada saat itu - untuk ditanyai ketika ia muncul tanpa barang-barang pribadi selain surat-surat identitas dan naik penerbangan ke Turki, sebuah tempat transit untuk orang-orang yang bepergian ke negara Suriah yang dilanda perang.
Jika dia memenangkan kasusnya, uang tersebut akan disumbangkan ke kelompok yang terlibat dalam memerangi terorisme, kata Maktouf.
"Apa yang dia coba lakukan adalah meningkatkan kesadaran otoritas publik," kata Maktouf sebagimana dikutip kantor berita Reuters. "Apa yang telah terjadi pada ibu Bryan bisa terjadi pada ibu mana pun. Tujuan nya bahwa ibu-ibu lain terhindar penderitaan yang dia harus tanggung."
Pemerintah Prancis pada April 2014 mengadopsi rencana yang bertujuan untuk mencegah calon potensial untuk bergabung kelompok-kelompok bersenjata di Suriah dengan mendirikan sebuah layanan online bagi keluarga yang menduga bahwa keluarga mereka akan pergi.
Pusat penerimaan itu diciptakan untuk orang tua. Setahun kemudian, hampir 1.900 kasus telah terdaftar, yang seperempatnya adalah untuk anak-anak dan lebih dari 40 persen untuk gadis-gadis muda, Perdana Menteri Manuel Valls mengatakan.
Upaya untuk mendeteksi calon pejuang lebih awal telah meningkat setelah serangan bulan Januari di mana 17 orang di Prancis tewas, kebanyakan di kantor mingguan penghina Islam Charlie Hebdo dan juga di toko Yahudi.
Menteri Dalam Negeri Prancis Bernard Cazeneuve mengatakan pada hari Ahad 113 orang yang tergabung pejuang di Suriah dan Ira, dipercaya telah gugur.
Perwakilan kementerian dalam negeri mengatakan kepada persidangan bahwa nama Bryan tidak ada pada catatan tersangka di kepolisian dan hakim negara berpendapat bahwa polisi perbatasan tidak punya alasan pada saat itu menangkap sang pemuda, yang sekarang berusia 18 tahun, karena mereka tidak memiliki permintaan resmi dari orang tuanya untuk menghentikannya.
Pengadilan baru akan memutuskan kasus tersebut dalam waktu sekitar dua pekan. (st/Reuters)