View Full Version
Kamis, 11 Jun 2015

Ben Rhodes: 180 Warga AS Bergabung dengan Daulah Islam (IS)

AMERIKA SERIKAT (voa-islam.com) - Wakil Penasihat Keamanan Nasional Ben Rhodes mengatakan sekitar 180 warga Amerika telah bergabung atau mencoba untuk bergabung dengan Daulah Islam (IS) di Irak dan Suriah.

"Kami tetap percaya jumlah orang Amerika yang telah pergi bergabung dalam pertempuran baik ke Irak dan Suriah, atau mencoba untuk bergabung dan dihentikan dalam upaya itu, adalah di berkisar 180," kata Rhodes wartawan, Rabu (11/6/2015).

Dia juga memperingatkan tentang konsekuensi dari mereka yang akan kembali ke Amerika Serikat.

"Kami sangat fokus pada isu petempur asing karena, pada akhirnya, itu bisa memberikan sebuah saluran bagi orang untuk kembali ke Amerika Serikat, Eropa atau negara-negara lain untuk berpotensi melakukan serangan," kata Rhodes.

AS dan sekutunya telah melakukan serangan udara terhadap IS, yang mengontrol petak besar di Irak dan Suriah, sejak tahun lalu.

Presiden AS Barack Obama pada Rabu memberikan wewenang penyebaran ratusan pasukan tambahan ke Irak dalam upaya untuk "memberi masukan" dan melatih pasukan lokal untuk mendapatkan kembali wilayah yang hilang ke tangan IS.

Sekretaris Pers Gedung Putih Josh Earnest mengatakan dalam sebuah pernyataan bahwa Obama memerintahkan untuk mengirimkan "hingga 450 personil militer tambahan" ke Irak atas permintaan Perdana Menteri Irak Haider al-Abadi.

Presiden AS telah berada di bawah tekanan untuk strategi perangnya. Sejumlah anggota parlemen dan pejabat yang membingkai kepemimpinannya tidak efektif.

Dalam sebuah wawancara dengan Press TV, Selasa, seorang komentator politik mengatakan tidak adanya strategi lengkap oleh AS untuk mengalahkan IS menunjukkan Obama adalah "prajurit yang enggan" dan ingin menghindari perang mahal lainnya.

"Obama enggan untuk memiliki misi merayap ini, ia melihat itu sebagai sebuah lereng licin yang sekali lagi ingin Amerika masuk terlibat dalam konflik berdarah di negara ini yang sudah menghabiskan biaya begitu mahal bagi Amerika," kata Dr Brian Glyn Williams, seorang profesor Sejarah Islam di University of Massachusetts. (st/ptv)


latestnews

View Full Version