View Full Version
Kamis, 30 Jul 2015

HRW: Pemberontak Syi'ah Houtsi Yaman Bombardir Penduduk Sipil Secara Serampangan

NEW YORK (voa-islam.com) - Pasukan pemberontak Syi'ah Houtsi di Yaman telah menembakkan peluru dan roket tanpa pandang bulu ke lingkungan sipil di kota pelabuhan selatan Aden, Human Rights Watch mengatakan hari Kamis (30/7/2015).

Pengawas itu mengatakan pasukan anti-pemerintah termasuk pemberontak Syi'ah Houtsi telah bertindak "melanggar hukum perang" dan menyerukan mereka untuk "segera menghentikan serangan tanpa pandang bulu" di daerah-daerah berpenduduk sipil.

"Pasukan Pro-Houtsi telah menghujani mortir dan roket ke wilayah penduduk Aden dengan tanpa penyesalan yang nampak kepada warga sipil yang ada di sana," kata peneliti senior darurat HRW Ole Solvang.

"Serangan yang melanggar hukum ini mengambil korban manusia yang mengerikan dan harus segera dihentikan."

Kelompok hak asasi mengatakan telah mengidentifikasi satu serangan pemberontak Syi'ah dukungan Iran tersebut, di Aden pada 19 Juli, yang menewaskan sekitat 100 lebih warga sipil termasuk anak-anak.

Pemberontak Syi'ah Houtsi dan pasukan sekutu mereka yang setia kepada mantan presiden Yaman Ali Abdullah Saleh telah memerangi pasukan pro-pemerintah di dalam dan sekitar Aden selama berbulan-bulan.

Pasukan yang setia kepada Presiden diasingkan Abdu Rabbu Mansour Hadi, yang didukung oleh pesawat-pesawat tempur koalisi yang dipimpin Arab, akhirnya memukul para pemberontak keluar dari sebagian besar kota awal bulan ini.

Sebuah jeda nasional dalam perang pekan ini yang diusulkan oleh koalisi gagal untuk ditaati dan mengancam pengiriman bantuan penting kepada orang-orang yang terkena dampak kekerasan.

Empat bulan pertempuran di Yaman telah menyebabkan hampir 4.000 orang tewas, hampir setengah dari mereka warga sipil, menurut PBB.

"Para pemimpin Houtsi harus menyadari bahwa mereka bisa menghadapi sidang kejahatan perang kerena memerintahkan atau bahkan hanya mengawasi serangan roket tanpa pandang bulu di lingkungan sipil," kata Solvang. (st/AFP)


latestnews

View Full Version