SENEGAL (voa-islam.com) - Seorang pemimpin Muslim Senegal telah menyerukan "Jihad Hijau" melawan polusi, mendesak parlemen negaranya serta seluruh komunitas Muslim terlibat dalam apa yang dianggapnya sebuah tugas Islam yang jelas untuk melindungi lingkungan.
Menunjuk ke prinsip-prinsip yang berhubungan dengan lingkungan Islami, Imam Youssoupha Sarr mengatakan dalam sebuah wawancara dengan jaringan Al-Jazeera English hari Ahad (9/8/2015) bahwa ia tidak percaya bagaimana orang di negara muslim terbiasa hidup di lingkungan tercemar dengan kantong plastik dan limbah lainnya.
"Islam jelas [pada masalah lingkungan]," kata Sarr, menambahkan, "bentuk pencemaran atau agresi terhadap lingkungan adalah dosa dan jelas dilarang. Orang perlu diingatkan tentang ini."
Pemimpin Muslim itu mengatakan ia percaya Allah Subhanahu Wata'ala telah memberikan manusia dengan lingkungan sendiri yang menghasilkan, dan dengan demikian komunitas manusia berkewajiban untuk melindungi lingkungan tersebut berapapun biayanya.
Seruan Sarr untuk tindakan agresif terhadap polusi dilaporkan telah memobilisasi parlemen Senegal. Negara Afrika itu baru-baru ini melarang penggunaan kantong plastik secara nasional.
Akibatnya, mereka yang mengotori jalanan atau lingkungan dengan kantong plastik mungkin menghadapi hukuman penjara hingga enam bulan serta denda yang besar.
Orang-orang di negara miskin tersebut, bagaimanapun, masih terus menggunakan kantong plastik dan telah mengecam parlemen karena melarang penggunaan kantong plastik tanpa menawarkan orang setiap alternatif.
Hal ini sementara Senegal telah berjuang untuk mencegah pencemaran lingkungan selama bertahun-tahun, dan terlepas dari dampak perubahan iklim, negara ini menderita pencemaran lingkungan buatan manusia.
Industri utama negara itu seperti pengolahan ikan, tekstil, farmasi, manufaktur cat dan pengolahan makanan sering membuang limbah mereka ke laut atau di lapangan terbuka.
Selain itu, tanah subur di negara itu juga terancam punah. Karena praktek-praktek pertanian yang tidak pantas, menyebabkan Senegal menghadapi hilangnya lahan hijau. (st/ptv)