PARIS, PRANCIS (voa-islam.com) - Orang-orang telah turun ke jalan di beberapa kota Eropa untuk menunjukkan solidaritas mereka bagi ribuan pencari suaka yang datang ke benua tersebut setelah melarikan diri tanah air mereka yang dilanda kekerasan.
Pada hari Sabtu (5/9/2015), ribuan orang menggelar unjuk rasa mendukung pencari suaka di Place de la Republique di ibukota Prancis, Paris, menyerukan para pemimpin Eropa untuk mengambil lebih banyak pengungsi.
Demonstrasi serupa juga diadakan di kota-kota Jerman seperti Wurzburg dan Wuppertal, di mana demonstran mengutuk serangan xenophobia terhadap para pencari suaka di Eropa.
Ini terjadi sementara pawai pro-pengungsi berubah menjadi kekerasan di kota Zurich Swiss setelah polisi anti huru hara menembakkan peluru karet untuk membubarkan para pengunjuk rasa. Para demonstran mengatakan para pemimpin Eropa tidak melakukan hal yang cukup untuk meringankan penderitaan para pencari suaka.
Sementara itu, PBB memuji dukungan dari masyarakat Eropa untuk para pencari suaka, mengatakan itu telah mendorong beberapa negara di benua untuk mengubah atau memodifikasi sikap mereka pada krisis pengungsi yang memburuk.
"Di seluruh Eropa, [kami] menyaksikan pencurahan luar biasa dari respon masyarakat, termasuk dari organisasi keagamaan, LSM [lembaga swadaya masyarakat] dan individu, dalam banyak kasus mendorong pemerintah untuk mengubah kebijakan dan retorika," demikian pernyataan yang dikeluarkan oleh Kantor Komisaris Tinggi PBB untuk Pengungsi (UNHCR).
Badan itu menekankan bahwa tidak mungkin untuk mengatasi masalah ini tanpa "usaha besar-besaran bersama," menambahkan, "Ada sangat jelas kebutuhan mendesak untuk menempatkan rencana darurat untuk mengelola krisis pengungsi."
UNHCR juga memuji keputusan terbaru oleh Jerman dan Austria untuk menerima para pengungsi yang telah terjebak di Hungaria selama berhari-hari, mengatakan, "Kepemimpinan politik ini berdasarkan pada nilai-nilai kemanusiaan."
Selama dua hari terakhir, ribuan pencari suaka meninggalkan Hungaria ke negara-negara yang berdekatan seperti Austria dan Jerman setelah para pejabat Berlin dan Wina menyuarakan kesiapan untuk menerima mereka.
PBB memperkirakan 300.000 orang telah meninggalkan Timur Tengah dan Afrika untuk menuju Eropa tahun ini, tapi 2500 telah meninggal dalam upaya tersebut, sebagian selama perjalanan berbahaya di Mediterania dengan kapal reyot.
Diantara mereka yang tewas termasuk Aylan Kurdi, yang berusia tiga tahun, kakaknya Galip (berusia lima tahun) serta ibunya Rehan meninggal dunia saat kapal yang ditumpangi para migran asal Suriah tenggelam di dekat Pulau Kos, Yunani.
Foto jasad Alan Kurdi, dalam kondisi meninggal dan tergeletak di pinggir pantai, menjadi trending topic di seluruh dunia dan memicu kemarahan masyarakat internasional.
Kemarahan itu kemudian menjelma menjadi semacam desakan agar Uni Eropa melakukan tindakan darurat untuk menampung para migran. (st/ptv,bbc)