ANKARA, TURKI (voa-islam.com) - Uni Eropa selalu mentolerir organisasi teroris PKK meskipun menunjuk itu sebagai kelompok teroris, Presiden Turki Recep Tayyip Erdogan mengatakan.
Pernyataan Erdogan datang selama wawancara televisi yang ditayangkan hari Ahad (6/9/2015) di CNN International.
"Uni Eropa, yang telah menunjuk PKK sebagai organisasi teroris, sayangnya selalu mentolerir para anggota kelompok ini bernaung di negara-negara anggota [Uni Eropa], dan bahkan telah memberikan pemimpinnya kesempatan untuk menampilkan unjuk kekuatan di negara-negara tersebut," kata Erdogan kepada Becky Anderson dalam sebuah wawancara eksklusif di Connect the World.
Negara-negara Barat selalu meninggalkan Turki sendiri dalam memerangi teror, Erdogan mengatakan, menambahkan bahwa meski demikian, Turki akan melanjutkan perjuangan melawan PKK "sampai akhir", karena kelompok itu merupakan "ancaman teroris utama" yang dihadapi Turki.
Demikian pula, Turki juga akan meneruskan pertempuran dengan "tekad kuat" melawan Daulah Islam (IS), sebagai bagian dari koalisi internasional, kata Erdogan, menyebut IS sebagai "ancaman sekunder" terhadap negara itu.
Pertempuran antara PKK dan pasukan keamanan terjadi kembali setelah jeda rapuh selama dua setengah tahun dari awal 2013 dalam apa yang dikenal publik sebagai "proses solusi" dalam upaya untuk mengakhiri konflik. Upaya yang dipimpin oleh pemerintah Turki itu ditinggalkan pada bulan Juli ketika PKK memperbaharui pemberontakan bersenjata mereka dalam menanggapi serangan bom jibaku di Suruc yang dikaitkan dengan IS pada 20 Juli - yang menewaskan 33 aktivis pro-Kurdi.
Empat hari setelah pemboman Suruc, Turki meluncurkan serangan udara terhadap PKK di Turki dan Irak utara dan sejak itu, lebih dari 75 anggota pasukan keamanan telah tewas sementara hampir 1000 anggota teroris PKK telah tewas oleh seranan militer Turki.
Selain itu, ratusan orang telah ditangkap dalam tindakan keras terhadap kelompok-kelompok teroris yang juga termasuk organisasi sayap kiri dan IS. (st/aa)