MOSCOW, RUSIA (voa-islam.com) - Outlet media Rusia yang melakukan wawancara dengan sekelompok tentara "Beruang Merah" yang akan dikerahkan ke Suriah melaporkan para prajurit itu menolak untuk kirim ke negara dilanda perang tersebut, menggambarkan persiapan rahasia dan ketakutan akan mati di tangan mujahidin di Suriah.
Ketika Rusia memperluas kehadiran militernya di Suriah, laporan yang diterbitkan pada hari Sabtu (19/9/2015) di surat kabar Rusia Gazeta.ru menjelaskan transfer senjata, peralatan, dan tenaga kerja dari kota pelabuhan Rusia Novorossiysk ke basis rezim Bashar Al-Assad di Suriah, dan mengutip beberapa tentara yang menyatakan keinginan mereka untuk menjauh dari negara Timur Tengah yang tengah bergolak tersebut.
Koran itu mewawancarai sekelompok tentara, terutama pasukan yang non ditugaskan, yang menolak untuk disebar ke Suriah karena mereka takut Daulah Islam (IS). Salah satu prajurit berpangkat Letnan bernama Alexei, mengatakan, "Kami tidak ingin pergi Suriah, kita tidak ingin mati di sana."
Kelompok ini mengeluh bahwa militer telah menyembunyikan tujuan mereka kepada para prajurit. Mereka dijadwalkan akan dikirim pada tanggal 17 September, tetapi 10 hari kemudian mereka diberitahu bahwa mereka akan dikerahkan ke daerah panas dengan iklim yang sangat berbeda dari apa yang mereka biasanya alami, dan bahwa akan ada banyak hewan beracun di tempat yang baru. Meski demikian wilayah tertentu itu tidak disebutkan namanya.
Para prajurit tersebut terkejut menerima senjata dan peralatan baru dengan nomor seri yang dihapus. Para tentara itu juga diperintahkan tentang bagaimana berperilaku jika mereka tertangkap.
Pada awalnya, para prajurit tersebut berasumsi mereka akan dikirim ke timur Ukraina. Tapi Pada tanggal 16 September, tentara mengatakan kepada mereka mereka akan dikirim ke Latakia dan bahwa mereka mungkin harus berpartisipasi dalam pertempuran bersama pasukan Suriah.
Pasukan itu diminta untuk menandatangani perjanjian rahasia, dan diberitahu bahwa jika mereka tidak menandatangani - keluarga mereka tidak akan menerima kompensasi jika mereka terluka atau tewas dalam pertempuran. Para tentara itu juga diperingatkan bahwa jika mereka tidak menandatangani - mereka akan menghadapi tuntutan pidana.
Koran ini juga mewawancarai ibu dari para tentara yang telah dikirim ke Suriah, yang mengatakan bahwa anak-anak mereka telah dikirim untuk melawan dalam pertempuran yang bukan perang mereka: "Orang-orang di sana didorong seperti ternak ke pembantaian" Para prajurit itu mengeluh bahwa mereka merasa seperti tentara bayaran.
Alex Tancher, seorang ahli media Rusia, menjelaskan bahwa Presiden Vladimir Putin mengeluarkan peraturan dalam beberapa bulan terakhir yang melarang publikasi nama-nama tentara yang tewas dalam tugas. Hukum itu disahkan sebagai akibat dari kemarahan publik akibat perang di Ukraina. Protes telah diperbarui oleh para prajurit yang sedang dikirim ke Suriah.
Kementerian Pertahanan Rusia menolak untuk mengomentari laporan tersebut. (st/ynet)