ANKARA (voa-islam.com) - Seorang pejabat keamanan Turki menduga Daulah Islalm (IS) berada di balik dua serangan bom yang menewaskan lebih dari 128 orang dan melukai 247 korban lainnya dalam unjuk rasa damai di Ankara, Sabtu, 10 Oktober 2015.
"Seluruh indikasi menunjukkan bahwa serangan itu dilakukan IS. Kami benar-benar fokus pada IS sebagai pelakunya," ucap seorang sumber keamanan di Ankara.
Sekarang, kepolisian Turki harus menghadapi pengunjuk rasa. Petugas keamanan terpaksa menembakkan gas air mata kepada para pelayat yang meletakkan karangan bunga di tempat kejadian ledakan bom paling mematikan di Turki.
Seusai serangan bom di Ankara, polisi bentrok dengan demonstran di Istanbul pada Ahad malam, 11 Oktober 2015, yang mengutuk peristiwa tersebut. Hari ini, Senin, 12 Oktober 2015, kepolisian adu fisik dengan pengunjuk rasa dan pejabat pro-Kurdi di sebuah stasiun kereta api utama dekat lokasi bom bunuh diri di Ankara.
Petugas keamanan menahan para pelayat, termasuk pemimpin partai pro-Kurdi, Selahattin Demirtas dan Figen Yuksekdag, karena tim investigasi sedang bekerja di tempat kejadian. Petugas memberikan izin kepada sekitar 70 peziarah untuk mengucapkan belasungkawa kepada para korban di dekat stasiun kereta api.
Tak lama kemudian, ribuan pengunjuk rasa berjalan kaki menuju lapangan pusat di Ankara sembari meneriakkan slogan anti-pemerintah. Bahkan beberapa demonstran menuding Presiden Erdogan berada di balik serangan bom ini. Mereka berteriak, "Erdogan pembunuh!" dan "Bubarkan pemerintah!"
Unjuk rasa ini dimotori Persatuan Buruh, Kelompok Sayap Kiri, lembaga swadaya masyarakat, dan Partai Demokratik Rakyat Pro-Kurdi (HDP). Para demonstran ini juga termasuk yang mempelopori unjuk rasa damai pada Sabtu, 10 Oktober 2015.
Perdana Menteri Turki Ahmet Davutoglu mengatakan IS atau ekstremis sayap kiri Kurdi bisa saja berada di balik serangan bom mematikan tersebut. Namun, hingga saat ini, belum ada yang bertanggung jawab. Jika benar pelaku pemboman dilakukan oleh IS, sejatinya IS telah menghancurkan pemerintahan AKP dan Erdogan. (mashadi/aby/voa-islam.com)
Editor: RF