View Full Version
Rabu, 04 Nov 2015

Pejabat Iran Sebut Intervensi Moskow di Suriah Hanya untuk Kepentingan Sendiri

BEIRUT, LIBANON (voa-islam.com) - Bibit-bibit perpecahan antara kafir Rusia dan Syi'ah Iran, yang tengah bahu-membahu membantu menopang Assad dari kejatuhan dalam perang melawan mujahidin di Suriah, sepertinya mulai muncul menyusul konflik kepentingan yang berbeda di antara ke dua negara tersebut dimana pejabat Iran menuduh intervensi Moskow di sana hanya untuk kepentingan mereka sendiri.

Iran, yang secara akidah memiliki kemiripan dengan rezim Assad, berkeinginan dia untuk terus berkuasa Assad, sementara Rusia, sebagaimana dikatakan seorang juru bicara Kementerian Luar Negeri nya, Maria Zakharova, tidak penting bagi negara Beruang Merah itu apakah Assad tetap berkuasa atau tidak

Kepala Korps Pengawal Revolusi Syi'ah Iran (IRGC) telah mengisyaratkan tentang konflik kepentingan antara Rusia dan Iran atas nasib Bashar Al-Assad, mengatakan bahwa intervensi Moskow di Suriah bertujuan untuk mengamankan kepentingannya sendiri.

Seperti dilansir kantor berita NOW hari Rabu (3/11/2015) Mayor Jenderal Mohammad Ali Jafari mengatakan "teman utara [Rusia] yang datang ke Suriah untuk [memberikan] dukungan militer baru-baru ini melakukan itu untuk [melayani] kepentingan nya [sendiri]."

"[Rusia] tidak mungkin peduli apakah Assad tetap [dikekuasaan] sebagaimana yang kita lakukan, tetapi dalam hal apapun [Moskow] hadir [di Suriah] sekarang dan mungkin dipaksa untuk menjauhkan diri dari 'malu' atau karena alasan lain," dia mengatakan sebagaimana dikutip Al-Arabiya
 
Jafari juga mengatakan bahwa Iran "tidak melihat alternatif apa pun untuk Assad" -sebuah posisi yang katanya, telah dianut oleh pemimpin tertinggi negara itu dan IRGC, menurut saluran milik Saudi tersebut.

"Ada beberapa yang tidak mengerti ini dan berbicara tentang sebuah alternatif untuk Assad."

Outlet-outlet berita Iran melaporkan versi yang sama dari komentar Jafari, yang muncul selama pidato yang disampaikan hari Senin di "Forum Anti-Amerika pertama" sejak perjanjian internasional tentang program nuklir Iran ditandatangani pada pertengahan Juli.

Outlet berita berbahasa Arab Al-Alam mengutip Jafari mengatakan bahwa "Rusia mengikuti kepentingannya di Suriah."

"Assad tetap berkuasa mungkin bukan perhatian mereka sebagaimana itu menjadi perhatian kita, tetapi dalam hal apapun mereka membantu perlawanan."

Mehr News Agency Iran menawarkan versi lain dari kutipan Jafari, kali ini dengan dia mengatakan "tetangga utara kami [Rusia] juga memberikan bantuan di Suriah, tetapi mereka tidak senang dengan perlawanan Islam."

"Dalam kasus apapun itu memberikan bantuan atas dasar kepentingan [kami] bersama. Tapi tidak jelas bahwa Rusia sejalan dengan Iran berkaitan dengan Presiden Suriah Bashar al-Assad. "

Rusia mulai kampanye pemboman udara di Suriah pada 30 September, menghantam mujahidin di provinsi Homs, Hama, Latakia dan Idlib sementara juga mengaku telah mencapai target Daulah Islam (IS) lebih jauh ke timur.

Meskipun klaim Moskow itu telah menghantam IS, sebagian besar serangan udara yang telah mereka lakukan dalam koordinasi dengan operasi darat rezim Suriah terhadap pejuang oposisi di barat laut negara itu dimana tidak ada kehadiran IS di daerah tersebut.

Iran kirim pasukan ke Suriah

Di saat yang sama Rusia memulai kampanye pemboman udara, laporan mulai muncul bahwa Iran mengerahkan ratusan pasukan untuk mendukung serangan rezim di barat laut Suriah, sementara komandan elit Pasukan Quds IRGC Jenderal Qassem Soleimani melakukan tur ke garis depan.

Pada tanggal 13 Oktober, harian Pro-Syi'ah Hizbullat Al-Akhbar melaporkan bahwa orang-orang yang ditunjuk Iran telah tiba di Suriah utara untuk mengawasi persiapan untuk serangan besar-besaran di front Aleppo.

Surat kabar Libanon itu mengatakan bahwa Iran telah mulai mengerahkan pasukan ke Suriah untuk mengambil bagian dalam operasi darat besar-besaran yang bertujuan untuk mendorong ke arah perbatasan Turki.

Sumber lapangan mengatakan kepada harian itu bahwa jumlah yang belum pernah terjadi sebelumnya dari pasukan sedang berkumpul di front utara yang berdekatan dengan semua posisi mujahidin mulai dari pedesaan Hama ke Al-Ghab Plain dan pedesaan selatan Idlib.

Syi'ah Iran dan Syi'ah Hizbullat keduanya telah membuat pengumuman bahwa Rusia bekerja erat dengan mereka serta pemerintah Suriah dan Syi'ah Irak di bawah naungan sebuah "koalisi 4+1i" yang bertujuan untuk mengkoordinasikan aktivitas militer gabungan.

Pada bulan lalu, setidaknya 20 perwira tinggi dan tentara Iran telah tewas di Suriah, termasuk Brigadir Jenderal Reza Khavari, seorang komandan senior di Divisi Fatemiyoun IRGC, Jenderal Farshad Hasounizad, mantan kepala elit Brigade Saberin IRGC, dan Hamid Mokhtarband, mantan Kepala-staf dari Brigade ke 92 Divisi Lapis Baja Iran, yang dianggap satuan tingkat atas lapis baja negara itu.

Kematian mereka menyusul pembunuhan dramatis pada awal Oktober terhadap Jenderal IRGC Hussein Hamdani, yang merupakan salah satu jenderal terkemuka IRGC dan penasihat militer negara itu di Suriah. (st/NOW)


latestnews

View Full Version