DOHA (voa-islam.com) - Pemimpin Hamas di pengasingan Khaled Misy'aal meminta semua kelompok Palestina bersatu dalam satu kepemimpinan perjuangan, dan bersama-sama menghadapi Israel, dan mencakup semua pilihan perlawanan", tegasanya, Kamis, 5/11/2015.
Pertumpahan darah yang meletus pada awal Oktobert merenggut nyawa sembilan orang Israel, 70 warga Palestina dan Israel Arab. HIngga kini aksi perlawanan Intifadah belum usai, dna terus berlangsung.. Ini bukti perlawanan yang tetap tumbuh dikalangan rakyat Palestina.
Banyak dari kekerasan telah melibatkan warga Palestina yang menyerang Israel dengan pisau, atau membajak kendaraan masuk ke dalam Israel, dan digunakan menabrak orang Yahudi, dan sekitar setengah Palestina kematian terdiri dari penyerang yang telah ditembak mati.
Pemimpin Palestina menyerukan intifada, tetapi ada kekhawatiran di kedua sisi bahwa hal itu bisa meningkat menjadi satu kekerasan yagn sangat dahsyat. Dalam dua pertama Intifadah, di 1987-1993 dan 2000-2005, ribuan orang tewas dan banyak lagi terluka dalam kekerasan sehari-hari di wilayah pendudukan.
Meshaal menyerukan "perlawanan di segala bentuknya, bersenjata atau tidak" untuk "menghadapi para pemukim Yahudi dan mereka yang mengotori tempat suci umat Islam."
Memanasnya ketegangan mendidih pada bulan September mengenai status Masjid Al-Aqsa di Yerusalem Timur Israel-dianeksasi, tempat suci Muslim, dan telah serangkaian serangan mulai dari 1 Oktober, hingga kini.
Palestina menuduh Israel berusaha mengubah aturan yang mengatur kompleks, namun Perdana Menteri Benjamin Netanyahu menegaskan ia tidak akan mengubah status quo yang melarang orang Yahudi dari berdoa di sana. (afgh/aby/voa-islam.com)