BAMAKO, MALI (voa-islam.com) - Pasukan keamanan Mali pada Sabtu (21/11/2015) memburu "lebih dari tiga" tersangka setelah serangan berani di sebuah hotel di ibukota Bamako yang menewaskan sedikitnya 19 orang, kata para pejabat.
Sementara itu Presiden Ibrahim Boubacar Keita saat ia mengunjungi Radisson Blu Hotel di Bamakom mengumumkan keadaan 10 hari darurat dan tiga hari berkabung nasional.
Keita mengatakan pemerintahnya telah meningkatkan keamanan di titik-titik strategis di seluruh Bamako setelah serangan, yang datang sepekan setelah simpatisan Daulah Islam (IS) menewaskan 130 orang dalam serangan di ibukota Prancis Paris.
"Orang-orang ini telah menyerang Paris dan tempat-tempat lain. dimanapun tanpa terkecuali," kata Keita, menambahkan bahwa Mali masih akan tetap terbuka untuk dunia. "Mali bukan daerah tertutup dan itu tidak akan pernah."
Kelompok jihad Al Mourabitoun dan Al-Qaidah di Maghreb Islam (AQIM) menyatakan bertanggung jawab atas serangan itu, yang berakhir ketika pasukan komando Mali dibantu pasukan khusus Prancis dan AS menyerbu gedung dan menyelamatkan 170 orang, banyak dari mereka orang asing.
Keita mengatakan dua pejuang tewas dalam operasi komando, namun pasukan keamanan mengatakan hari Sabtu mereka masih memburu beberapa tersangka lainnya.
"Pencarian telah dimulai dan saya dapat memberitahu Anda bahwa kami sedang mencari lebih dari tiga orang pada saat ini," kata militer Mali Mayor Modibo Nama Traore.
"Bertekad untuk mati".
Pada Jumat pagi, penyerang bersenjata menyerbu ke dalam kompleks hotel dan menembaki penjaga sebelum menawan puluhan sandera, memicu lebih dari tujuh jam pengepungan oleh pasukan Mali yang didukung oleh pasukan khusus AS dan Prancis.
Menteri Dalam Negeri Salif Traore, berbicara pada sebuah konferensi pers hari Sabtu, memuji respon dari pasukan Mali untuk membatasi jumlah kematian yang disebabkan oleh orang-orang bersenjata yang "bertekad untuk mati".
"Intervensi cepat pasukan Mali memungkinkan kita untuk menghindari yang terburuk," katanya, menambahkan bahwa 17 tamu terluka bersama tiga polisi.
Ketika pengepungan berlarut-larut hari Jum'at, sandera berhamburan keluar perlahan-lahan saat pasukan keamanan bekerja untuk mengamankan hotel lantai demi lantai. Setidaknya satu tamu melaporkan penyerang menyuruhnya untuk melafalkan ayat-ayat dari Al-Quran sebagai bukti dia seorang Muslim sebelum ia diizinkan untuk pergi.
Hotel itu sedang dijaga oleh polisi nasional pada hari Sabtu, kata Sersan Idrissa Berthe, salah satu petugas yang ditempatkan di TKP yang masih penuh dengan pecahan kaca dari jendela yang ditembak. "Pagi ini, para penyidik telah mulai tiba untuk melakukan pekerjaan mereka," katanya.
Di antara yang tewas adalah enam karyawan maskapai penerbangan regional Rusia Volga-Dnepr, kementerian luar negeri Rusia mengatakan, sementara enam orang lainnya berhasil diselamatkan.
Spesialis kesehatan publik Amerika Anita Datar tewas dan Menteri Luar Negeri Belgia Didier Reynders mengatakan dua warga Belgia mati. Menteri Pertahanan Prancis Jean-Yves Le Drian mengatakan dia tidak mengetahui adanya warga Prancis yang tewas.
Seorang warga negara Israel juga tewas, kata media Israel, tetapi tidak ada konfirmasi dari Kementerian Luar Negeri.
Kemunduran bagi Prancis
Serangan itu kemunduran menyentak lain untuk mantan penguasa kolonial Mali, Prancis, yang telah menempatkan 3.500 tentara di Mali utara untuk mencoba untuk memulihkan stabilitas setelah pemberontakan tahun 2012 oleh etnis Tuareg yang kemudian dibajak oleh para mujahid terkait dengan Al-Qaidah.
Serangan itu juga memfokuskan kembali perhatian pada pemimpin veteran Al Mourabitoun, Mokhtar Belmokhtar, setelah laporan, tidak pernah dikonfirmasi, bahwa ia gugur dalam serangan udara pada bulan Juni.
Utara Mali diduduki oleh mujahidin, beberapa terkait dengan Al-Qaidah, untuk sebagian besar tahun 2012. Mereka diusir oleh operasi militer yang dipimpin Prancis, tapi kekerasan terus berlanjut.
Al Mourabitoun telah menyatakabertanggung jawab atas serangan termasuk serangan terhadap sebuah hotel di kota Sevare, 600 km timur laut dari Bamako, pada bulan Agustus di mana 17 orang termasuk lima staf PBB tewas.
Belmokhtar juga disalahkan untuk serangan terhadap lapangan gas Aljazair pada 2013 dan terkait dengan pemberontakan di Afrika Utara. (st/F24)