View Full Version
Jum'at, 27 Nov 2015

Seorang Jenderal Pasukan FSA Tewas dalam Pertempuran Melawan Rezim Assad di Latakia

BEIRUT, LIBANON (voa-islam.com) - Seorang komandan tingkat atas Tentara Pembebasan Suriah (FSA) telah tewas dalam pertempuran sengit di laut Suriah, di mana pasukan pro-rezim telah memperkuat serangan di pegunungan luar Latakia.

"Kami dengan bangga mengumumkan berita kesyahidan penasihat militer Staf Jenderal Rasheed Bakdesh," Jaisyul Mujahidin yang berafiliasi dengan FSA mengatakan pada hari Rabu (26/11/2015).

Kelompok pejuang oposisi Suriah tersebut -yang dilaporkan telah dipersenjatai dengan senjata oleh CIA-mengungkapkan bahwa Bakdesh telah tewas dalam pertempuran di wilayah titik nyala Jabal Al-Akrad, di mana Rusia telah melakukan serangan udara intensif dalam beberapa hari terakhir setelah jatuhnya pesawat tempur negara itu akibat tembakan angkatan udara Turki di wilayah tersebut.

Pada hari Selasa, Turki menembak jatuh Rusia jet tempur Su-24 yang melakukan serangan udara mendadak di wilayah itu setelah Ankara mengatakan memasuki wilayah udara Turki.

Pada jam-jam berikutnya, Rusia melakukan bombardir udara sengit di daerah itu, di mana kelompok-kelompok pejuang oposisi warga Turkmen memiliki yang hubungan dekat dengan Ankara beroperasi.

Jaisyul Mujahidin tidak menentukan bagaimana Bakdesh tewas, mengatakan hanya bahwa Jenderal itu "bertemu Allah pada akhirnya, dalam pertempuran untuk kemuliaan dan martabat di pedesaan Latakia."

"Dia memilih untuk mengambil sisi orang-orang yang tertindas dan revolusi mereka di mana ia memberikan pengalaman panjang di bidang militer," kata kelompok tersebut.

Bakdesh-lulusan dari Akademi Militer elit rezim Damaskus -telah berbalik melawan Bashar Al-Assad pada hari-hari awal pemberontakan Suriah, ketika ia menjabat sebagai perwira tinggi di milisi pro-rezim Tentara Rakyyat di Jisr al-Shughur Idlib.

Menurut sebuah biografi tentang pemimpin pejuang oposisi Suriah oleh media pro-oposisi Souriat, otoritas rezim Suriah menangkap Bakdesh atas tuduhan bekerja sama dengan pejuang oposisi dan memasok mereka dengan senjata dan amunisi.

Sebuah pengadilan militer lapangan menjatuhkannya hukuman penjara seumur hidup, putusan yang kemudian dikurangi menjadi 10 tahun. Namun, setelah menjalani dua tahun di penjara militer terkenal Sednaya dekat Damaskus, rezim membebaskan Bakdesh sebagai bagian dari kesepakatan besar pertukaran tahanan.

Setelah pembebasannya, perwira militer itu bekerja sebagai penasihat bagi faksi-faksi FSA di pegunungan wilayah Jabal al-Akrad provinsi Latakia, di mana Bakdesh lahir pada tahun 1960 di Desa Mazzeen. (st/now)


latestnews

View Full Version