View Full Version
Jum'at, 04 Dec 2015

Erdogan Katakan Turki Milik Bukti Rusia Terlibat Perdagangan Minyak dengan Daulah Islam (IS)

ANKARA, TURKI (voa-islam.com) - Presiden Recep Tayyip Erdogan, hari Kamis (3/12/2015) mengatakan Turki memiliki bukti bahwa Rusia terlibat dalam perdagangan minyak ilegal dengan Daulah Islam (IS) di Suriah, melawan tuduhan "tidak bermoral" Rusia bahwa keluarganya sendiri mengimpor minyak dari IS.

"Kami memiliki bukti di tangan kita. Kami akan mengungkapkan kepada dunia, "kata Erdogan dalam pidato televisi di Ankara.

Rusia pada Rabu menuduh Erdogan dan keluarganya terlibat dalam perdagangan minyak ilegal dengan IS setelah Ankara menembak jatuh salah satu pesawat tempur Moskow bulan lalu yang membawa hubungan kedua negara ke dalam krisis.

"Dalam beberapa hari terakhir sebuah basa-basi yang dipimpin oleh Rusia telah muncul. Sebenarnya, Rusia juga tidak percaya ini," kata Erdogan, mengacu dugaan perdagangan minyak Turki dengan IS.

"Lihat, Rusia harus membuktikan bahwa Republik Turki membeli minyak dari Daesh, sebaliknya ini adalah fitnah," tambahnya.

"Sisi tidak bermoral dari masalah ini melibatkan keluarga saya dalam urusan ini," tambah Erdogan. "Siapa yang membeli minyak (dari Daesh)? Saya katakan. George Haswani, pemegang paspor Rusia dan warga nasional Suriah, adalah salah satu pedagang terbesar dalam bisnis ini, "kata Erdogan.

Pada bulan November, Departemen Keuangan AS menjatuhkan sanksi pada Haswani, yang juga ditempatkan pada daftar sanksi Uni Eropa, karena bertugas sebagai perantara untuk pembelian minyak oleh rezim Suriah dari IS.

Erdogan mengatakan hari Kamis "seorang pemain catur Rusia yang terkenal" juga terlibat dalam bisnis minyak dengan IS, tanpa memberikan nama. "Dia juga dalam perlombaan ini," katanya.

Sanksi baru AS juga berlaku bagi Kirsan Ilyumzhinov, seorang pengusaha kaya Rusia dan presiden lama Federasi Catur Dunia (FIDE) yang sebelumnya presiden wilayah Rusia selatan Kalmykia.

Perdana Menteri Turki Ahmet Davutoglu menuduh Moskow menjalankan "mesin propaganda Soviet" dengan kebohongan langsung dari surat kabar Pravda.

Davutoglu, 56, mengatakan bahwa komentar Rusia mengingatkannya pada masa mudanya ketika anggota NATO Turki dan Uni Soviet berada di sisi yang berlawanan dalam Perang Dingin. "Ada mesin propaganda Soviet di era Perang Dingin," kata Davutoglu kepada wartawan di bandara Ankara sebelum berangkat ke Azerbaijan pada kunjungan resmi.

"Mereka disebut kebohongan Pravda," katanya, mengacu pada surat kabar harian yang merupakan corong Partai Komunis.

"Sikap sovietic Rusia - yang kami pikir itu sudah lupa - akan datang kembali sedikit-demi sedikit," katanya. (st/an)


latestnews

View Full Version