REPUBLIK AFRIKA TENGAH (voa-islam.com) - Seorang pemimpin pejuang dari sayap milisi Muslim pro-Séléka di Republik Afrika Tengah (CAR) telah menyatakan negara otonom di bagian timur laut negara itu.
"Negara baru itu disebut Republik Logone," Maoulou Moussa, juru bicara pemimpin pemberontak Noureddine Adam, mengatakan kepada pers, Selasa (15/12/2015).
"Apa yang kami inginkan pertama adalah otonomi. Kemudian kita akan melihat bagaimana untuk bergerak ke arah kemerdekaan, "kata Moussa, menambahkan bahwa Adam menandatangani salinan deklarasi otonomi tersebut hari Senin.
Salinan deklarasi juga disampaikan kepada Kantor PBB di Kaga-Bandoro Selasa, katanya.
Adam adalah pemimpin Renaissance Afrika Tengah, juga dikenal sebagai FPRC, yang merupakan salah satu dari empat faksi milisi Séléka.
Dia sebelumnya telah menolak proses pemilihan yang sedang berlangsung di negara Afrika Tengah yang dilanda perang tersebut. Pejuang Seleka mengatakan bahwa pemilihan umum yang akan datang tidak akan berlangsung di wilayah di bawah kendali milisi Séléka.
Bendera yang disebut "Republik Logone" juga dikibarkan di kota Ndele tapi pasukan penjaga perdamaian PBB yang dikenal sebagai MINUSMA segera menurunkannya, warga mengatakan kepada Anadolu Agency.
Langkah pejuang Seleka ini datang dua pekan menjelang pemilihan umum yang diharapkan untuk memimpin negara itu menuju stabilitas.
Sementara itu, Misi penjaga perdamaian PBB di Republik Afrika Tengah (MINUSCA) mengecam deklarasi otonomi tersebut dalam sebuah pernyataan. "MINUSCA memperingatkan FPRC dan kelompok bersenjata lainnya untuk tidak mencoba mengganggu proses perdamaian dan menggagalkan pemilu di Ndele, Bossangoa atau di mana pun di seluruh wilayah nasional," kata misi itu dalam sebuah pernyataan.
"MINUSCA juga mengutuk pernyataan FPRC di mana mereka menyatakan wilayah otonomi timur laut dan akan menggunakan segala cara yang tersedia, termasuk penggunaan kekuatan, melawan setiap upaya pemisahan diri sesuai dengan mandatnya," kata pernyataan itu.
Dominique Said Panguindji, juru bicara pemerintah, mengatakan: "Kami mendesak masyarakat internasional dan pasukan internasional hadir di Republik Afrika Tengah untuk melakukan segala kemungkinan untuk menetralisir kapasitas teroris ini".
Otoritas transisi Republik Afrika Tengah mengatakan bahwa Adam adalah negara "musuh publik nomor satu" karena ia menentang proses pemilihan. Kelompoknya juga dituduh telah mencegah orang mengikuti pemilihan selama referendum hari Ahad lalu di banyak kota di seluruh negeri, termasuk Kaga-Bandoro.
Republik Afrika Tengah sejak 2013 telah mengalami kekerasan sektarian mematikan antara Muslim Séléka dan milisi Kristen Anti-Balaka dimana hal itu telah menyebabkan ribuan orang, mayoritas Muslim, telah tewas. (st/wb)