BAMAKO, MALI (voa-islam.com) - Pemerintah Mali, hari Senin (21/12/2015) mengumumkan keadaan darurat selama sepuluh hari dari tengah malam setelah apa yang sumber-sumber keamanan mengatakan itu menyusul serangkaian ancaman dari kelompok jihad yang tidak disebutkan namanya.
Gelombang jihad yang mendidih di negara Afrika Barat itu sejak pasukan Prancis mengusir para pejuang Islam dari kota kunci di utara dua tahun lalu telah meningkat dalam beberapa bulan terakhir.
Mujahidin tak dikenal menyerang sebuah hotel mewah pada bulan November, menewaskan 20 orang termasuk banyak orang asing, dalam serangan terbaru di ibukota negara itu Bamako.
Pemerintah Mali kemudian menyatakan keadaan darurat tetapi sejak itu telah berakhir.
"Keadaan darurat bertujuan untuk memberikan otoritas terkait cara untuk memungkinkan mereka untuk lebih mengenali dan mengatasi setiap proyek yang mengancam keselamatan masyarakat," menurut pernyataan pemerintah, tanpa memberikan rincian.
Dua sumber keamanan mengatakan ancaman yang dikeluarkan oleh kelompok jihad telah memaksa mereka melakukan pengumuman itu. Salah satu dari mereka mengatakan ini menyusul pertemuan para pemimpin mujahidin di wilayah Kidal utara pekan lalu.
Banyak pejuang bersenjata beroperasi di gurun utara luas Mali, termasuk beberapa yang berhubungan dengan Al-Qaidah, dan kelompok-kelompok sekuler lainnya dari komunitas Tuareg yang mencari kemerdekaan bagi wilayah yang mereka sebut Azawad. (st/ahram)