EDINBURGH, SKOTLANDIA (voa-islam.com) - Seorang pemimpin agama di masjid terbesar Skotlandia telah memuji seorang 'ekstimis' yang dieksekusi karena membunuh gubernur provinsi Punjab Pakistan, BBC melaporkan pada hari Jum'at (25/3/2016).
Imam Maulana Habib Ur Rehman dari Masjid Central Glasgow menggunakan platform pesan yang WhatsApp untuk menunjukkan dukungannya pada Malik Mumtaz Hussein Qadri, yang digantung pada bulan Februari karena menembak mati Salman Taseer, gubernur provinsi Punjab di Pakistan pembela pelaku penghujatan terhadap Islam, pada tahun 2011.
Setelah menembak Taseer, Qadri dilaporkan mengatakan kepada wartawan bahwa ia "bangga" dan bahwa ia telah membunuh seorang "penghujat".
Maulana Rehman dalam teks mengatakan ia "terganggu" dan "marah" pada berita eksekusi Qadri, sebelum menulis "rahmatullahu alaihi."
Dalam teks lain, Rehman mengatakan: "Saya tidak bisa menyembunyikan rasa sakit saya. Seorang Muslim yang benar dihukum karena perbuatan kehendak kolektif yang bangsa gagal melaksanakan. "
Rehman adalah imam yang paling senior di Masjid Pusat Glasgow, peran yang melibatkan memimpin shalat dan memberikan bimbingan dan ajaran agama.
Rehman mengatakan kepada BBC: "Pembunuhan Salman Taseer secara luas dikutuk."
"Apakah saya setuju atau tidak setuju dengan pandangan yang ia tampakkan, sebagai Imam dan sebagai manusia, saya mengungkapkan kebencian pada cara di mana ia dieksekusi."
"Eksekusi itu tidak sesuai dengan ajaran dan prinsip-prinsip Islam."
Sekilas tentang Mumtaz Qadri
Malik Mumtaz Hussain Qadri, seorang polisi dengan kualifikasi komando elit dan ditugaskan untuk menjadi pengawal Gubernur Punjab Salman Taseer, divonis mati setelah menembak sang politisi yang dinilai membela (melindungi) Asia Bibi (seorang perempuan Kristen) yang melakukan penghinaan terhadap Rasulullah Shallallahu ‘Alaihi Wassalam di siang hari bolong di sebuah pasar Islamabad pada bulan Januari 2011.
Dalam hukum Pakistan, kasus Asia Bibi seharusnya dikateorikan telah melakukan “Blasphemy Law” dan yang bersangkutan harus dihukum.
Namun dalam sebuah pidato, Salman Taseer, yang dikenal sebagai politisi berpaham liberal, memiliki pandangan lain, bahwa Blasphemy Law di Pakistan perlu dimandemen agar dinilai toleran dan berpihak pada minoritas (dalam kasus Asia Bibi).
Pernyataan Salman Taseer ini membuat kalangan Muslim Pakistan marah dan diangap sebagai melegalkan penghinaan terhadap Nabi Muhammad Shallallahu ‘Alaihi Wassallam.
Kasus ini rupanya menggugah Malik Mumtaz Hussain Qadri, membuatnya terpanggil untuk menghabisi nyawa Salman Taseer yang dinilai telah membuka jalan bagi orang dengan seenaknya menghina Nabi Muhammad.
Rencana Mumtaz Hussain Qadri dapat terlaksana setelah ia mendapat kesempatan menjadi pengawal pribadi Gubernur Salman Taseer.
Akhirnya, Salman Taseer ditembak Hussain Qadri di siang bolong di tengah pusat perbelanjaan di Islamabad tahun 2011. Taseer dibunuh sebanyak 25 tembakan peluru.
Pahlawan Islam
Bagaimanapun, bagi sebagian warga Pakistan, sikap Malik Mumtaz Hussain Qadri dianggap sebagai kepahlawananan dan kematiannya dianggap sebagai syahid.
“Mumtaz Qadri adalah pahlawan Islam. Ia mengirim ke neraka orang yang tidak menunjukkan rasa hormat Nabi kita yang dimuliakan,” ujar Tahir Iqbal Chistie dari gerakan Sunni Tehreek dalam salah satu protes hari Senin, saat mendengar kematian Qadri sebagaimana dikutip Reuters.
Sebelum dieksekusi, Malik Mumtaz Hussain Qadri, mengakui dan tak menyesali perbuatannya. Menurut Qadri, Taseer adalah penghina agama karena mencoba menentang UU Penodaan Agama.
“Salman Taseer adalah penoda agama dan ini adalah hukuman untuk seorang penoda agama,” kata Qadri pada televisi Dunya.
Diperkirakan lebih dari satu jutaan orang ikut menshalati dan mengantar kepergian terakhir Malik Mumtaz Hussain Qadri ke pemakaman. (st/GN,FPIO)