AMERIKA SERIKAT (voa-islam.com) - Pentagon dan Departemen Luar Negeri AS pada Selasa (29/3/2016) memerintahkan keluarga tentara AS dan personil sipil yang ditempatkan di Turki selatan untuk meninggalkan wilayah tersebut karena kekhawatiran keamanan.
Perintah itu meliputi kota Adana, di mana konsulat AS dan pangkalan udara Incirlik berada, serta provinsi Izmir dan Mugla.
Komando Eropa AS menyatakan keputusan tersebut tidak bersifat tetap, tetapi "bertujuan untuk mengurangi risiko terhadap unsur dan anggota (Kementerian Pertahanan) termasuk anggota keluarganya".
Pentagon pada bulan September mendorong keluarga para tentara dan diplomat yang ditempatkan di Turki selatan untuk meninggalkan negara itu, tapi tidak ada perintah wajib.
Selain perintah evakuasi anggota keluarga, Amerika Serikat juga kembali mengeluarkan travel warning untuk semua orang Amerika di Turki.
"Departemen Luar Negeri AS memperingatkan warga AS tentang meningkat ancaman dari kelompok-kelompok teroris di seluruh Turki dan untuk menghindari perjalanan ke Turki tenggara," kata Departemen Luar Negeri.
"Wisatawan asing dan AS telah ditargetkan secara eksplisit oleh organisasi teroris internasional dan lokal," tambahnya, memperingatkan warga Amerika untuk menghindari daerah-daerah dekat perbatasan Suriah.
Turki yang sebelumnya dipandang stabil, sekarang memasuki periode peningkatan ketegangan dan kekerasan.
Kekhawatiran para anggota Islamic State (IS) melakukan serangan baru meningkat tinggi setelah serangan pekan lalu di Brussels.
Kota-kota penting diserang pemboman mematikan. Sementara negara itu memerangi milisi Kurdi di bagian timur yang bergolak dan berjuang mencegah kekerasan menyebar dari perbatasan dengan Suriah.
Presiden Turki, Recep Tayyip Erdogan, mengunjungi Amerika Serikat pekan ini untuk menghadiri KTT keamanan nuklir Presiden Barack Obama.
Tetapi hubungan AS dan salah satu sekutu pentingnya di NATO tersebut jarang seburuk seperti yang terjadi antara Washington dan Ankara saat ini, kata wartawan BBC, Jonathan Marcus.
Reaksi kedua negara itu terkait dengan masalah Suriah seringkali menjadi sumber ketegangan. (st/AFP,BBC)