View Full Version
Sabtu, 09 Apr 2016

Seorang Politisi Kristen Libanon Divonis 13 Tahun Penjara Karena Berusaha Lakukan Aksi Teroris

BEIRUT, LIBANON (voa-islam.com) - Sebuah pengadilan militer Libanon telah menjatuhi hukuman 13 tahun penjara dengan kerja keras kepada politisi Kristen mantan menteri informasi Michel Samaha pada hari Jum'at (8/4/2016) karena berusaha untuk melaksanakan "aksi teroris", sebuah sumber pengadilan mengatakan kepada AFP.

Samaha dihukum karena mengangkut bahan peledak untuk melakukan serangan dan pembunuhan pada para tokoh politik dan agama di Libanon dengan bantuan badan keamanan Suriah.

Mantan menteri itu ditangkap pada 2012 dan dijatuhi hukuman para Mei 2015 dengan vonis empat setengah tahun penjara, tapi hukuman itu dibatalkan sebulan kemudian dan pengadilan ulang diperintahkan.

"Jaksa meminta hukuman mati tetapi ia dijatuhi hukuman 13 tahun dengan kerja keras," kata sumber peradilan.

Di bawah hukum Libanon, Samaha sudah tiga tahun penjara, berarti dia menghadapi 10 lagi di penjara.

Mantan menteri itu juga dilucuti haknya untuk memilih atau memegang jabatan publik, kata sumber itu.

Samaha, seorang politikus Kristen dan mantan penasihat Presiden Suriah Bashar al-Assad, mengakui selama sidang sebelumnya bahwa ia telah mengangkut bahan peledak dari Suriah untuk digunakan dalam serangan di Libanon.

Tapi ia berpendapat ia harus dibebaskan karena dia adalah korban dari jebakan.

Mantan Perdana Menteri Saad Hariri - politisi Muslim Sunni Libanon terkemuka, yang ayahnya, Rafiq Hariri dibunuh dalam serangan bom truk 2005 di Beirut - menyambut baik putusan baru itu di Twitter.

"Teroris Samaha akan kembali hari ini ke penjara, yang merupakan tempat yang tepat bagi siapa saja yang berencana untuk membunuh orang tak berdosa dan menyeret Libanon ke perselisihan sektarian dan perang saudara," kata Hariri.

Menteri Kesehatan Wael Abu Faour mengatakan hukuman itu "sebuah tamparan di wajah untuk teroris, rezim kriminal di Damaskus".

Suriah mempertahankan kehadirannya selama hampir 30 tahun di Libanon dan setelah perang saudara 1975-1990, akhirnya menarik pasukannya dalam menghadapi protes massa menyusul pembunuhan Rafiq Hariri tahun 2005, yang secara luas dipersalahkan pada kelompok militan Syi'ah Hizbullata dan para pendukungnya di Damaskus dan Teheran.

Serangkaian pembunuhan warga Libanon lawan menonjol dari rezim Damaskus juga terjadi menyusul penarikan militer Suriah dari negara itu. (st/mee)


latestnews

View Full Version