KUWAIT (voa-islam.com) - Pembicaraan damai hari Senin (18/4/2016) di Kuwait yang bertujuan untuk mengakhiri lebih dari satu tahun perang di Yaman telah tertunda, Reuters mengatakan mengutip pejabat dari kedua belah pihak yang berperang.
Kantor berita itu mengutip seorang pejabat senior di partai mantan presiden Ali Abdullah Saleh yang mengatakan bahwa "tidak ada gunanya pergi ke Kuwait jika tidak ada menghormati gencatan senjata."
Delegasi yang mewakili pemberontak Syi'ah Houtsi Yaman dan Saleh partai Kongres Rakyat Umum Saleh, kelompok utama melakukan kudeta di Yaman serta memerangi pasukan pemerintah yang didukung Saudi, belum berangkat dari ibukota Sana'a dan mengutip tempur berat dan serangan udara.
Pertempuran dan serangan udara bertahan pada beberapa medan pertempuran di seluruh negeri, terutama di kota barat daya yang diperebutkan, Ta'izz dan Nehm di wilayah timur ibukota.
Penduduk setempat dan saksi mata mengatakan pesawat tempur Saudi membombardir posisi Syi'ah Houtsi dan sekutunya di distrik al-Ghail di provinsi Yaman utara Jawf pada Senin pagi.
Kendaraan udara tak berawak jarak jauh yang dikendalikan Arab Saudi melakukan sejumlah misi pengintaian atas langit ibukota Sana'a, televisi al-Masirah melaporkan.
Sementara itu anggota milisi yang didukung Saudi menembakkan rentetan roket dan artileri ke kota Sirwah, km tentang 120 timur ibukota, katanya.
Reuters mengutip dua pejabat dari kelompok yang didukung Saudi yang mengatakan bahwa delegasi menentang kemungkinan akan tiba pada hari Selasa.
Abdulmalek al-Mikhlafi, menteri luar negeri pemerintahan Presiden Abd Rabbuh Mansur Al-Hadi, mengatakan ia tidak mengharapkan "kesepakatan penuh pada tahap ini melainkan langkah menuju tujuan itu."
Gencatan senjata telah dilanggar berkali-kali dengan pertempuran yang telah berlanjut di Nahm, sebelah timur laut dari Sana'a, menewaskan sembilan gerilyawan yang didukung Saudi pada hari Minggu.
Ibukota Sana'a tetap berada di tangan pemberontak Syi'ah Houtsi meskipun resolusi PBB yang mengharuskan agar kelompok pemberontak kaki tangan Syi'ah Iran itu hengkang Sana'a dan juga menyerahkan kembali fasilitas militer yang mereka duduki termasuk melucuti senjata. (st/ptv)