BEIRUT, LIBANON (voa-islam.com) - Pejabat tinggi di Teheran telah sesumbar untuk membalas dendam atas kerugian berat yang diderita oleh prajurit Korps Pengawal Revolusi Syi'ah Iran (IRGC) dalam pertempuran di mana pejuang oposisi Suriah dari faksi-faksi Islam merebut sebuah desa di selatan Aleppo selama akhir pekan, situs berita Libanon, NOW News melaporkan hari Selasa (10/5/2016).
Mohsen Rezaee, sekretaris Dewan Penegasan Kebijaksanaan, sesumbar bahwa "Takfiri", referensi Syi'ah Iran dan sekutu-sekutunya untuk mujahidin Sunni, akan membayar "harga yang berat" setelah membunuh 13 anggota IRGC dan melukai 21 lainnya di Khan Touman pada 6 Mei. Ini merupakan salah satu hari kehilangan terbesar bagi pasukan Syi'ah Iran sejak memasuki konflik Suriah.
Jenderal Iran itu memuji para tentara Iran yang tewas, yang semuanya berasal dari provinsi Mazandaran Iran di sepanjang Laut Kaspia, menulis dalam sebuah postingan di akun resmi Instagram nya bahwa penugasan mereka membangkitkan kenangan dari Perang Iran-Irak 1980-1988.
Razaee kembali ke tugas aktif di IRGC pada bulan Mei 2015 menyusul satu tugas dalam politik yang melihat dia gagal mencalonkan diri sebagai presiden pada tahun 2009 dan 2013. Rezaee mengomando IRGC dari 1981-2005.
Jumlah korban tinggi IRGC di Khan Touman telah mengirimkan gelombang kejutan di seluruh Iran, dengan koran lokal Ghanoun membandingkan bentrokan tersebut dengan Pertempuran Karbala, sebuah peristiwa yang sangat signifikan bagi penganut Syiah di mana Hussein Bin Ali Bin Abi Thalib meninggal bersama pendukungnya.
Rezaee menuduh bahwa pejuang oposisi "mengambil keuntungan dari gencatan senjata" untuk merebut Khan Touman, menambahkan bahwa Arab Saudi dan Turki yang mendukung pejuang oposisi di Suriah.
Militer Syi'ah Iran telah menderita lebih dari 400 korban di Suriah, menurut laporan, termasuk hilangnya sejumlah perwira tinggi. Penghitungan korban mulai meningkat ketika Iran mengerahkan sejumlah besar tentara dalam mendukung serangan tentara Suriah terhadap pejuang oposisi yang dimulai dengan intervensi udara Rusia pada akhir September 2015.
Pada bulan April, Teheran mengerahkan pasukan dari tentara reguler, setelah sebelumnya hanya mengerahkan unit paramiliter IRGC, termasuk Pasukan Khusus Brigade Lintas Udara 65, dalam penyebaran resmi pertama di luar Iran sejak akhir perang Iran-Irak. (st/NOW)