View Full Version
Selasa, 24 May 2016

AS: Mullah Akhtar Mansour Rencanakan Serang Baru Terhadap Sasaran-sasaran Amerika

AMERIKA SERIKAT (voa-isla.com) - Presiden AS Barack Obama menyetujui serangan pesawat tak berawak yang menewaskan Mullah Akhtar Mansour karena pemimpin Taliban tengah mengawasi rencana serangan baru terhadap sasaran-sasaran Amerika di Kabul, ibukota Afghanistan, para pejabat AS mengatakan pada hari Senin (23/5/2016).

Sementara Taliban belum mengkonfirmasi kematian pemimpin mereka yang diklaim gugur pada hari Sabtu di daerah terpencil di Pakistan dekat perbatasan dengan Afghanistan, anggota senior dewan pimpinan kelompok itu diisukan tengah bertemu untuk mulai memilih pengganti Mansour.

Dua anggota senior gerakan itu juga mengklaim pihak berwenang Pakistan telah mengirimkan jenazah  Mansour yang terbakar parah untuk dimakamkan di kota barat Quetta. Para pejabat Pakistan, bagaimanapun, membantah menyerahkan jenazahnya.

Pasukan AS menargetkan Mansour karena dia sedang merencanakan serangan yang menimbulkan "ancaman tertentu segera" untuk AS dan pasukan koalisi di Afghanistan, kata Kapten Angkatan Laut Jeff Davis, juru bicara Pentagon.

Seorang pejabat AS, yang berbicara dengan syarat anonim, kemudian merinci bahwa Taliban sedang merencanakan serangan baru terhadap "kepentingan kita dan rakyat kita di Kabul." Dia sendiri tidak menjelaskan lebih lanjut.

Pemerintah Obama berharap kematian Mansour akan memiliki dampak jangka panjang dengan mendorong Taliban untuk mengakhiri penolakannya untuk terlibat dalam perundingan perdamaian dengan Kabul dan "memilih jalan untuk rekonsiliasi," kata pejabat itu. Mansour sendiri dikenal keras menolak pembicaraan damai dengan pemerintah Afghanistan yang didukung Barat.

Mullah AKhtar Muhammad Mansour telah memimpin Taliban sejak pengumuman mengejutkan kematian Mullah Muhammad Umar, pendiri gerakan itu, musim panas lalu.

Awalnya dianggap sebagai pendukung pembicaraan damai, Mansour telah menyebabkan kemajuan militer terbesar kelompok itu sejak jatuhnya Taliban dari kekuasaan di Kabul pada tahun 2001. (st/Reuters)


latestnews

View Full Version