KABUL, AFGHANISTAN (voa-islam.com) - Seorang juru bicara militer AS mengatakan pada hari Rabu (2/6/2016) bahwa pembicaraan dengan Taliban Afghanistan untuk mengakhiri perang di Afghanistan tidak mungkin terjadi dalam waktu dekat setelah kelompok pejuang Islam itu memilih ulama konservatif sebagai pemimpin baru mereka.
Ini adalah pertama kalinya seorang pejabat militer Amerika telah secara terbuka menyuarakan keraguan bahwa Presiden AS Barack Obama akan mewujudkan tujuan kebijakan luar negeri utama yaitu membawa Taliban Afghanistan ke meja perundingan setelah bertahun-tahun perang sebelum dia meninggalkan kantor pada bulan Januari.
Pekan lalu, Taliban Afghanistan memilih Mullah Haibatullah Akhundzada sebagai pemimpin baru mereka setelah Amerika Serikat membunuh mantan amir mereka, Mullah Akhtar Muhammad Mansour, dalam serangan pesawat tak berawak di Pakistan. Sebelumya dalam pernyataannya saat menegaskan kematian Mullah Mansour, Obama berharap penggantinya akan lebih condong kepada perdamaian di Afghanistan, walaupun dia harus kecewa karena Taliban justru memilih pemimpin baru yang tidak kalah sengitnya dengan Mansour dalam melawan penjajah asing dan juga pemerintah boneka Afghanistan dukungan Barat.
"Saya tidak percaya bahwa kita akan melihat pembicaraan damai kapan pun dalam jangka pendek dengan Mullah Haibatullah," Brigadir Jenderal Angkatan Darat AS Charles Cleveland, juru bicara pasukan AS di Afghanistan, mengatakan dalam sebuah media briefing.
Para pejabat AS mengatakan bahwa garis keras Akhundzada memiliki sedikit insentif untuk bernegosiasi, dengan Taliban membuat keuntungan medan stabil terhadap pasukan keamanan Afghanistan dan pemerintahan Obama masih bertujuan untuk menarik lebih banyak pasukan AS dari Afghanistan.
Sementara militer Pakistan, secara luas dianggap sebagai pelindung Taliban Afghanistan, secara publik mendukung pembicaraan damai, mereka telah berbuat banyak untuk membawa para pejuang Islam ke meja perundingan, para pejabat AS dan ahli independen mengatakan.
Departemen Luar Negeri AS secara terbuka menyatakan masih mendukung Afghanistan dalam mengakhiri konflik melalui proses perdamaian dan rekonsiliasi dengan Taliban.
Akhundzada, bagaimanapun, telah bersumpah, dalam sebuah rekaman audio, bahwa tidak akan ada kembali ke pembicaraan damai.
Cleveland mengatakan bahwa sementara Akhundzada "bukan benar-benar seorang pria militer, dan benar-benar bukan pria mata duitan," dia tidak boleh dianggap remeh.
Jenderal itu menambahkan bahwa sementara ia tidak optimis tentang pemimpin senior Taliban bergabung dalam negosiasi, ada harapan bahwa anggota Taliban tingkat yang lebih rendah akan terlibat dalam pembicaraan.
Kelompok Koordinasi Segiempat, terdiri dari pejabat dari Afghanistan, Pakistan, Amerika Serikat dan Cina, telah berusaha untuk memfasilitasi pembicaraan langsung antara pemerintah Afghanistan dan Taliban.
Bulan lalu, kelompok itu mengadakan pertemuan kelima, namun pemerintah Afghanistan menolak untuk mengirim delegasi, dan Taliban tidak menghadiri satu pun sesi pertempuan tersebut. (st/Reuters)