BRUSSELS, BELGIA (voa-islam.com) - Prancis dan Belgia menghadapi gelombang serangan baru "segera" oleh para anggota Islamic State (IS) yang kembali dari zona konflik di Timur Tengah, sumber keamanan dan intelijen Belgia mengatakan.
Catatan dari unit anti-teror Belgia ke polisi, yang diterbitkan oleh surat kabar Derniere Heure, memperingatkan pada hari Rabu (15/6/2016), "Para petempur yang bepergian tanpa paspor meninggalkan Suriah sekitar satu setengah pekan yang lalu dalam rangka untuk mencapai Eropa dengan perahu melalui Turki dan Yunani."
"Orang-orang ini diduga telah dibagi menjadi dua kelompok - satu ke Belgia, yang lain ke Prancis dalam rangka untuk melakukan serangan teror dalam kelompok-kelompok terdiri dari 2 orang," memo yang dikirim ke polisi dan pasukan keamanan di Belgia mengatakan, menambahkan, "Menurut informasi yang dikumpulkan, orang-orang ini diduga sudah memiliki persenjataan yang diperlukan dan serangan mereka sudah dekat. "
Belgia masih belum pulih dari pemboman yang dilakukan oleh IS di bandara Brussels dan di stasiun kereta api metro kota pada 22 Maret, di mana 32 orang tewas dan ratusan lainnya luka-luka.
Pada tanggal 13 November, 2015, IS melakukan serangan penembakan dan pemboman di Paris, Prancis, menewaskan 130 orang.
Prancis, yang saat ini menjadi tuan rumah turnamen sepak bola Euro 2016, dalam keadaan waspada maksimal.
Perdana Menteri Prancis Manuel Valls telah memperingatkan bahwa akan ada lebih banyak serangan teror menyusul pembunuhan pekan ini terhadap seorang polisi dan istrinya oleh seorang pria yang berjanji setia untuk IS.
Penyerang pada 13 Juni juga menyandera putra pasangan itu yang berusia tiga tahun dalam serangan tersebut. Anak itu ditemukan terluka tetapi dalam keadaan shock setelah pasukan komando polisi menyerbu rumah dan membunuh penyerang.
Pembunuhan terjadi beberapa jam setelah seorang pria bersenjata yang mengaku bersumpah setia kepada IS menembak mati 50 orang di sebuah klub malam gay di Orlando, Florida, pada dini hari 12 Juni. Pelaku penembakan Orlando, yang diidentifikasi sebagai Omar Mateen, menelpon 911 dan mengatakan bersumpat setia kepada IS sesaat sebelum serangan dimulai.
Pada awal April, Pusat Internasional untuk Kontra-Terorisme, yang berbasis di Den Haag, mengatakan dalam sebuah laporan bahwa Belgia, Inggris, Prancis dan Jerman memberikan kontribusi besar terhadap jihad di Irak dan Suriah dengan sekitar 2.838 warga negara mereka bepergian ke negara-negara itu untuk bergabung dengan kelompok-kelompok jihad.
Itu lebih dari setengah dari total 4.294 pejuang asing yang telah meninggalkan negara anggota Uni Eropa untuk menuju ke Irak dan Suriah selama beberapa tahun terakhir.
Para pejabat Barat memperkirakan bahwa beberapa ratus dari para jihadis sejauh ini telah kembali ke negara asal mereka di Eropa.
Diperkirakan bahwa sekitar 30.000 pejuang asing dari sekitar 104 negara yang berperang di Irak dan Suriah antara September 2014 dan September 2015. (st/ptv)