AMERIKA SERIKAT (voa-islam.com) - Kandidat calon presiden dari Partai Republik Donald Trump telah menegaskan kembali seruannya untuk melakukan pengawasan terhadap masjid-masjid di AS setelah penembakan Orlando.
Trump pada hari Rabu (15/6/2016) mengatakan dalam sebuah pawai di Atlanta bahwa "kita mungkin harus memeriksa, dengan penuh hormat, masjid-masjid dan kami harus memeriksa tempat-tempat lain karena ini adalah masalah yang, jika kita tidak selesaikannya, itu akan memakan kehidupan negara kita."
Komentar itu datang setelah Omar Mateen, seorang warga negara AS keturunan Afghanistan dari Port St Lucie, Florida, menyerbu Pulse Club, sebuah klub khusus gay, di Orlando, hari Ahad, menewaskan 50 orang dan melukai 53 orang lain. Polisi mengatakan Mateen berjanji setia kepada Islamic State (IS) selama penembakan.
Trump menggunakan kejadian itu untuk mendorong agendanya. Dia juga sebelumnya mengusulkan bahwa AS harus menangguhkan imigrasi dari daerah di dunia di mana ada "sejarah terbukti dari terorisme terhadap Amerika Serikat, Eropa atau sekutu kami sampai kami sepenuhnya memahami bagaimana untuk mengakhiri ancaman ini."
Miliader real estate New York itu mengatakan sementara pria bersenjata Florida lahir di Amerika, "orang tuanya tidak dan ide-idenya tidak lahir di sini."
Maestro reality TV itu telah lagi dan lagi mendesak "total dan lengkap" larangan Muslim memasuki Amerika Serikat setelah penembakan massal mematikan di San Bernardino, California, tahun lalu, yang terinspirasi oleh IS.
Sementara itu para anggota Partai Republik terkemuka pekan ini berlepas diri dari komentar Trump tentang Muslim.
Ketua DPR Paul Ryan mengatakan hari Selasa ia tidak berpikir larangan masuknya Muslim adalah kepentingan AS.
Senator Lindsey Graham dari Carolina Selatan, yang berkampanye melawan Trump untuk nominasi presiden dari Partai Republik dan telah menjadi kritikus sengit sejak itu, mengatakan bahwa ia "terkesima" oleh respon Trump.
Hillary Clinton, kandidat calon Partai Demokrat, mengatakan pada Rabu bahwa retorika Trump telah tumbuh "bahkan lebih menghasut" dalam beberapa hari terakhir. (st/ptv)