JAWF, YAMAN (voa-islam.com) - Bentrokan di beberapa daerah di Yaman pada hari Jum'at (25/6/2016) menewaskan 22 pemberontak Syi'ah Houtsi dan 11 anggota pasukan pro-pemerintah, kata para pejabat militer, setelah pembicaraan damai menemui penghalang baru.
pertempuran sengit meletus di provinsi Jawf utara ketika pemberontak Syi'ah Houtsi menyerang loyalis pemerintah Abdu Rabbu Mansour Hadi di distrik al-Motoon, memicu serangan balasan oleh pasukan pemerintah yang didukung oleh pesawat-pesawat tempur dari koalisi yang dipimpin Saudi, kata seorang pejabat militer.
Pertempuran itu menyebabkan 13 pemberontak Syi'ah kaki tangan Iran tewas, sementara delapan loyalis Hadi tewas akibat kesalahan dalam serangan udara yang salah sasaran, tambah pejabat itu.
Lebih jauh ke selatan, tiga pemberontak Syi'ah Houtsi tewas dalam bentrokan di provinsi Bayhan, Shabwa, kata pejabat militer lain.
Dan di kota titik nyala barat daya Taiz, enam pemberontak Syi'ah Houtsi dan tiga loyalis Hadi tewas dalam pertempuran baru ketika pemberontak Syi'ah menyerang tentara pemerintah di pinggiran barat daya kota, kata seorang pejabat militer.
Bentrokan terus berlanjut meskipun gencatan senjata yang ditengahi PBB yang berlaku pada tanggal 11 April dan membuka jalan bagi pembicaraan damai di Kuwait.
Pembicaraan menerima pukulan baru pada Kamis ketika perwakilan pemerintah menuntut penarikan penuh pemberontak Syi'ah Houtsi yang didukung Iran dari wilayah yang mereka caplok sejak 2014.
Pada hari Rabu, delegasi pemberontak Syi'ah Houtsi mengatakan tidak akan mendaftar untuk kesepakatan tentang isu-isu militer dan keamanan sampai ada kesepakatan tentang konsensus presiden dan pemerintah persatuan nasional untuk mengawasi transisi.
Roadmap perdamaian yang diajukan oleh utusan PBB Ismail Ould Cheikh Ahmed mengusulkan pembentukan pemerintah persatuan seiring dengan penarikan dan pelucutan senjata dari pemberontak Houtsi, meskipun ia mengakui perbedaan utama antara jadwal kedua belah pihak.
Meskipun intervensi militer 15 bulan yang dipimpin Saudi dalam mendukung pemerintahan Presiden Abdu Rabbu Mansour Hadi, para pemberontak Syi'ah Houtsi dan sekutu mereka dari pasukan yang setia kepada mantan presiden terguling Ali Abdullah Saleh tetap mengendalikan sejumlah bagian wilayah negara berpenduduk mayoritas Sunni yang mereka telah serbu sejak 2014, termasuk ibu kota Sana'a. (st/tna)