ANKARA, JERMAN (voa-islam.com) - Menteri Luar Negeri Turki Mevlut Cavusoglu mengkritik Jerman karena tidak mengekstradisi para tersangka yang terkait jaringan cendekiawan berbasis di AS, Fetullah Gulen ke Turki.
Dalam pernyataan yang dibuat selama wawancara di saluran televisi Turki CNN Turk hari Kamis (28/7/2016), Cavusoglu mengatakan: "Jadi ada sesuatu yang juga kita inginkan dari Jerman. Banyak jaksa dan hakim dari struktur negara paralel [jaringan Gulen] melarikan diri ke Jerman dan Jerman harus mengekstradisi mereka."
Dia menambahkan bahwa hubungan antara Turki dan AS akan terpengaruh jika AS tidak menyerahkan Gulen ke Turki.
Gulen, yang mengepalai Organisasi Teroris Fetullah (Feto) menurut pemerintah Turki, telah berada di Pennsylvania sejak tahun 1999.
"Hubungan kami akan terpengaruh jika AS tidak akan memberikan kita Gulen. Ini tidak bisa dihindari. Kami tidak ingin berpikir tentang skenario terburuk," katanya.
Pemerintah Turki telah mengatakan kudeta mematikan 15 Juli diselenggarakan oleh pengikut Gulen dan Feto.
Gulen juga dituduh menjalankan kampanye lama untuk menggulingkan negara melalui infiltrasi pada lembaga-lembaga Turki, khususnya militer, polisi dan peradilan, membentuk apa yang dikenal sebagai negara paralel.
Sekitar 246 orang, termasuk 62 petugas polisi, lima tentara dan 179 warga sipil tewas dan lebih dari 2.100 lainnya luka-luka dalam upaya kudeta.
Sebanyak 10.410 orang, termasuk 7.423 tentara, 287 polisi, 2.014 hakim dan jaksa, dan 686 warga sipil telah dibawa ke tahanan, sejauh ini.
Di antara 10.410 orang, 4.060 dari mereka ditangkap, sementara 5581 tetap dalam tahanan.
Sementara itu, lebih dari 66.000 orang yang bekerja di lembaga-lembaga negara telah diberhentikan dari tugasnya di tengah penyelidikan nasional ke kudeta gagal 15 Juli. (st/aa)