ANKARA, TURKI (voa-islam.com) - Presiden Turki Recep Tayyip Erdogan dalam sebuah wawancara televisi yang disiarkan pada Selasa (2/8/2016) menekan Amerika Serikat untuk mengekstradisi cendekiawan Fethullah Gulen, mengatakan menunggu untuk mendapatkan tersangka perencana kudeta tersebut adalah "amat berat."
Erdogan menyampaikan komplain dalam wawancara dengan Televisi bahwa pihak berwenang AS meminta dokumen untuk ekstradisi Gulen, cendekiawan berbasis di Pennsylvania, yang Ankara tuduh berada di balik kudeta militer yang gagal bulan lalu.
"Anda harus buta dan mati untuk tidak mengerti bahwa ia berada di belakang semua ini," kata Erdogan.
"Jika kita meminta ekstradisi dari seorang teroris maka Anda harus memenuhi itu," katanya. "Jika Anda mulai meminta dokumen dan apa yang tidak, maka itu suatu hambatan besar dalam cara kita memerangi terorisme."
"Tapi saat ini kita sedang berjalan ke dalam kesulitan karena tidak bisa menerima teroris yang kami minta untuk diekstradisi," katanya.
Gulen telah tinggal di pengasingan di Amerika Serikat sejak tahun 1999 dan telah membantah terlibat dalam upaya kudeta 15 Juli.
Pemerintah Turki mengirim paket dokumen baru kepada pihak berwenang Amerika untuk ekstradisi Gulen, kata Menteri Kehakiman Bekir Bozdag.
"Dalam hal memerangi terorisme, kita tidak punya waktu untuk kalah, enam bulan atau satu tahun, itu hanya tak tertahankan," kata Erdogan.
Menteri Luar Negeri AS John Kerry mengatakan pada 18 Juli bahwa Turki harus menunjukkan "bukti asli" dan "bukan tuduhan" terhadap cendekiawan itu untuk ekstradisi.
Hubungan yang sudah tegang antara sekutu NATO Turki dan Amerika Serikat telah diperburuk oleh kudeta yang gagal, dengan beberapa menteri pemerintah Turki bahkan menuduh Washington bisa jadi terlibat dalam kudeta, yang para pejabat AS dengan tegas membantah.
Pemerintah Turki telah menahan sekitar 18.000 orang dalam penumpasan pasca-kudeta. (st/AFP)