View Full Version
Kamis, 04 Aug 2016

Erdogan Sebut Tidak Ada Perbedaan Antara PKK, PYD, Islamic State (IS) dan FETO

ANKARA, TURKI (voa-islam.com) - Presiden Turki Recep Tayyip Erdogan mengatakan sekali lagi bahwa ia tidak melihat perbedaan antara kelompok-kelompok teroris Komunis seperti PKK, PYD, YPG, dan Islamic State (IS), dan  cendekiawan Turki yang berbasis di AS, Fetullah Gulen Feto, atau Organisasi Teroris Fetullah (FETO).

"Semua mereka memiliki kemampuan bertindak bersama-sama melawan Republik Turki," kata Erdogan dalam sebuah wawancara dengan televisi Meksiko.

"Namun, kami akan terus memerangi mereka," tegasnya.

Pada bagian kedua dari wawancara dengan Televisa yang disiarkan pada Rabu (3/8/2016) malam, Erdogan mengecam klaim Gulen bahwa Turki telah membantu IS, mengatakan bahwa sebenarnya Turki telah mengambil bagian dalam memerangi mereka.

Dia mengatakan bahwa senjata yang dikirim ke PYD dan YPG di Ayn al-Arab, Suriah utara, dilaporkan untuk mendukung keduanya dalam perjuangan mereka melawan IS, juga direbut oleh IS sendiri.

"Saya mengatakan kepada Obama [Presiden AS Barack Obama] sebelumnya bahwa setengah dari persenjataan yang dikirim ke Ayn al-Arab akan pergi ke Daesh," kata Erdogan.

Dia menyerukan masyarakat internasional untuk mengambil sikap umum terhadap semua kelompok teroris untuk menghilangkan mereka sepenuhnya.

"Semua orang-orang yang menentang Daesh tidak dapat digambarkan sebagai organisasi teror 'baik'," katanya.

Menunjuk ke keadaan darurat di Turki yang dinyatakan berlaku selama tiga bulan setelah kudeta 15 Juli, Erdogan mengatakan tujuannya adalah untuk secara efektif dan cepat melaksanakan proses hukum.

"Ini adalah masalah internal Turki, dan kami membuat keputusan kami sendiri."

Menurut Konstitusi Turki, keadaan darurat dapat dideklarasikan untuk jangka waktu maksimal enam bulan ketika indikasi serius dari kekerasan yang meluas, yang bertujuan untuk menghilangkan lingkungan demokrasi bebas atau hak-hak dasar dan kebebasan yang ditetapkan oleh Konstitusi, muncul, atau ketika ketertiban umum terdistorsi berat karena tindak kekerasan.

Peristiwa kudeta gagal 15 Juli menewaskan setidaknya 238 orang dan lebih dari 2.200 orang, di mana para korban turun ke jalan untuk memprotes upaya oleh para anggota militer nakal tersebut.

Erdogan mengatakan kudeta "itu pasti ditolak."

Turki mengatakan Fetullah Gulen dan negara paralel nya berada di balik kudeta yang gagal dan telah mengirimkan dua permintaan ekstradisi resmi kepada AS untuk mengadilinya. (st/aa)


latestnews

View Full Version