SIRTE, LIBYA (voa-islam.com) - Sejumlah pasukan operasi khusus AS telah dikerahkan di Libya konon untuk membantu pasukan lokal yang bertempur melawan Islamic State (IS), laporan-laporan mengatakan.
Menurut pejabat pemerintah AS dan Libya, pasukan AS menyediakan langsung, dukungan di tanah bagi pasukan yang setia kepada pemerintah persatuan Libya dalam melawan IS, Washington Post melaporkan pada hari Selasa (9/8/2016).
Mereka juga mengkoordinasikan serangan udara Amerika dan memberikan informasi intelijen dalam pertempuran di kota pesisir Sirte untuk melawan IS, kata laporan itu.
Pasukan Amerika bergabung dengan tentara Inggris dalam perang sengit untuk mengusir IS dari kubu mereka.
Tentara Amerika beroperasi dari pusat operasi gabungan yang didirikan di pinggiran kota dan peran mereka hanya sebatas mendukung pasukan pro-pemerintah, klaim para pejabat AS, yang berbicara dengan syarat anonim karena Pentagon belum mengumumkan penyebaran tersebut secara publik.
Robyn Mack, juru bicara US Africa Command (AFRICOM), mengakui bahwa sejumlah kecil personil militer AS terlibat di Libya namun menolak untuk memberikan rincian lebih lanjut.
Pekan lalu, militer AS melakukan serangan udara di Libya menargetkan kubu IS, Sirte, menandai pertama kalinya Amerika Serikat telah melakukan operasi semacam itu di negara Afrika Utara tersebut sejak 2011.
Sekretaris Pers Pentagon Peter Cook mengatakan dalam sebuah pernyataan pada tanggal 1 Agustus, "Atas permintaan Pemerintah Persatuan Nasioanal Libya, militer Amerika Serikat melakukan serangan udara presisi terhadap sasaran ISIL di Sirte, Libya, untuk mendukung pasukan yang berafiliasi dengan GNA yang berusaha untuk mengalahkan ISIL di kubu utama mereka di Libya."
Cook menambahkan bahwa serangan AS di Sirte "akan terus berlanjut," tanpa merinci.
Pemerintah Persatan Nasional Libya (GNA) telah mengumumkan serangan tersebut, namun mengecam kehadiran pasukan asing sebagai "pelanggaran" kedaulatan negara.
Sirte, kubu utama IS di luar Irak dan Suriah, jatuh ke tangan Islamic State pada bulan Februari 2015. Merebut kembali seluruh kota akan menjadi dorongan besar bagi pemerintah persatuan, yang telah berkuasa melalui dukungan dari PBB.
IS dan juga beberapa kelompok lain telah mengambil keuntungan dari kekacauan di Libya sejak penggulingan yang didukung NATO dan kematian penguasa lama Muammar Khadafi pada tahun 2011. (st/ptv)