TORONTO, KANADA (voa-islam.com) - Fethullah Gulen "sangat yakin" bahwa upaya Turki untuk mengekstradisi dirinya dari Amerika Serikat tidak akan berhasil, menurut seorang pembantu dekat sang cendekiawan, Middle East Eye melaporkan Rabu (31/8/2016).
Alp Aslandogan, presiden dari Aliansi untuk Nilai-Nilai Bersama (AFSV) yang berbasis di New York, mengatakan Gulen percaya otoritas Turki tidak akan mampu menghasilkan bukti konkret untuk menghubungkannya dengan kudeta di Turki bulan lalu.
"Dia sangat yakin bahwa pihak Turki tidak akan mampu menghasilkan bukti karena link [untuk kudeta] adalah palsu ... Jadi jika ada sesuatu yang tidak benar, bagaimana mereka bisa membuktikannya?" Kata Aslandogan kepada Middle East Eye dalam sebuah wawancara telepon.
AFSV adalah sebuah kelompok payung yang mewakili organisasi di AS yang berafiliasi dengan Gulen. Ini juga mengkoordinasikan permintaan media tentang gerakan Gulenist, juga dikenal sebagai Hizmet, dan Gulen sendiri.
"Upaya pemerintah Turki untuk menghubungkan [Gulen] dengan tindakan tertentu ... pasti akan gagal karena mereka tidak ada," kata Aslandogan.
Presiden Turki Recep Tayyip Erdogan menuduh Gulen, seorang cendekiawan yang telah tinggal di pengasingan di Pennsylvania sejak tahun 1999, berada di balik upaya kudeta gagal 15 Juli.
Setidaknya 265 orang tewas dan lebih dari 1.400 lainnya luka-luka dalam kudeta berdarah, menurut kementerian luar negeri Turki, dan gedung parlemen Turki dibom.
Robert Amsterdam, pengacara pemerintah Turki, mengatakan kepada The Associated Press bulan lalu bahwa "ada indikasi keterlibatan langsung [Gulen]" dalam upaya kudeta.
Tapi Gulen sepenuhnya membantah tuduhan pemerintah, kata Aslandogan.
"[Gulen] menyangkal mentah-mentah keterlibatannya dan dia mengutuk kudeta itu dan ia mengatakan bahwa jika siapa saja yang tampaknya menjadi simpatisan [Gulenist] terlibat, itu adalah pengkhianatan terhadap nilai-nilai," katanya.
Para pengamat politik dan akademisi yang telah mempelajari gerakan Hizmet mengatakan ulama 77 tahun itu mengoperasikan jaringan luas yang mencakup sisi rahasia yang berusaha untuk menegaskan kontrol lembaga negara Turki.
Beberapa orang mengatakan bahwa keterlibatan Gulenist dalam kudeta adalah asumsi yang masuk akal karena itu terjadi ketika Erdogan berencana untuk menghapus simpatisan Gulen dari militer - dan tentara mewakili "benteng terakhir Gulenist yang tersisa di Turki".
"Otak manusia memiliki kecenderungan untuk menerima cerita yang koheren, tetapi tidak setiap cerita yang koheren sejatinya benar," klaim Aslandogan ketika diminta untuk mengomentari teori ini tentang waktu kudeta dan keterlibatan Gulenist.
"Tidak mungkin untuk mengetahui dengan pasti siapa para perwira (militer] itu, apakah mereka memang simpatisan Gulen," klaimnya. (st/MEE)