MISRATA, LIBYA (voa-islam.com) - Pasukan pro-pemerintah Libya sedang menghadapi "perlawanan sengit" dari Islamic State (IS) di Sirte dan itu bisa memakan waktu beberapa hari untuk mendapatkan kontrol penuh dari kota, seorang juru bicara mengatakan Ahad (4/9/2016).
Pasukan yang setia kepada Pemerintah Libya dari Persatuan Nasional (GNA) meluncurkan serangan baru pada hari Sabtu melawan IS di Sirte, kota pesisir yang mereka rebut tahun lalu.
Didukung oleh berpekan-pekan serangan udara AS, pejuang pro-GNA telah merebut kembali hampir semua dari apa yang sebelumnya menjadi kubu utama IS di Afrika Utara.
Para pejuang IS sekarang dikatakan terpojok di sebuah distrik terakhir dari kota itu, tapi Reda Issa, juru bicara pasukan loyalis pemerintah, mengatakan hal itu terbukti sulit untuk mengusir mereka.
"Daesh melakukan perlawanan sengit di lingkungan terakhir mereka," kata Issa kepada AFP, menyebut akronim Arab untuk IS. "Mereka mencoba untuk membuat pertempuran berlangsung lebih lama meskipun mereka tahu itu akan segera berakhir," klaimnya.
Setidaknya 10 pejuang pro-GNA tewas dan 60 luka-luka dalam serangan Sabtu, dengan sebagian besar kematian disebabkan oleh bom mobil dan serangan jibaku, kata Issa.
Pertempuran telah mereda pada hari Ahad, kata dia, saat pasukan pro-pemerintah mencari cara "untuk meminimalkan korban akibat serangan jibaku Daesh waktu berikutnya akan ada serangan."
"Kami berharap untuk membebaskan Sirte sebelum Idul Adha," kata Issa,, yang akan berlangsung sekitar 12 September.
Pasukan yang setia pada GNA yang didukung PBB mengatakan mereka bersiap-siap untuk "membebaskan" seluruh kota setelah merebut beberapa posisi IS, termasuk kantor pusat, bulan lalu. (st/an)