BRUSSELS, BELGIA (voa-islam.com) - Diperkirakan 5.000 anggota Islamic State tinggal di negara-negara Uni Eropa (UE), laporan-laporan menyebutkan.
Pengungkapan tersebut dibuat di sebuah konferensi yang disebut Kebijakan Keamanan Eropa di ibukota Belgia, Brussels, Rabu (7/9/2016), di mana itu juga mengungkapkan bahwa sebagian besar dari para anggota IS yang tinggal di Uni Eropa merupakan warga Eropa sendiri.
Para ahli di konferensi membahas kegagalan polisi keamanan Uni Eropa, mengatakan para anggota IS, yang tersebar di seluruh blok beranggotakan 28 negara, memiliki ambisi untuk melakukan serangan lebih mematikan di tanah Eropa.
Konferensi ini mengkritik kurangnya pendekatan yang terkoordinasi untuk mengatasi serangan jihadis dan rendahnya tingkat berbagi data intelijen di antara negara-negara Uni Eropa.
"Ancaman ini, di Eropa setidaknya, berasal dari disfungsional dan sulitnya politik domestik, lebih banyak dari mereka berasal dari sumber eksternal," kata Jeremy Shapiro, direktur riset dari Hubungan Luar Negeri Dewan Eropa.
Menekankan perlunya mengamankan perbatasan negara-negara Uni Eropa, mantan Komisaris Uni Eropa Michel Barnier mengatakan pada konferensi bahwa krisis pengungsi yang dihadapi Eropa berpotensi dapat dimanfaatkan oleh para jihadis yang mungkin masuk blok menyamar sebagai pencari suaka.
"Ada sekitar 250.000 warga Suriah di Libya menunggu kesempatan untuk menyeberangi laut dan sekitar 3 juta pengungsi Suriah di Turki tanpa menyebutkan mereka di Libanon dan Yordania, sehingga tidak belum berakhir," kata Barnier.
Sejumlah besar pengungsi yang melarikan diri dari zona konflik di Timur Tengah dan Afrika telah tiba di Eropa untuk mencari kehidupan yang lebih baik. Kebanyakan dari mereka mengambil rute laut ke perbatasan eksternal Uni Eropa.
Sementara itu, negara-negara Eropa telah melihat sejumlah warga mereka mencoba untuk bergabung dengan kelompok-kelompok jihad di Timur Tengah selama beberapa tahun terakhir. Pada bulan Februari, badan intelijen kriminal Uni Eropa, Europol, mengatakan sekitar 30.000 jihadis dari lebih dari 100 negara dilaporkan telah melakukan perjalanan ke Suriah dan Irak sejak 2011 untuk bergabung dengan barisan mujahidin.
Para jihadis Eropa berpotensi dapat kembali ke negara asal mereka, untuk melakukan serangan di sana.
Kembali pada bulan November tahun lalu, IS meluncurkan serangkaian serangan di ibukota Prancis Paris, menewaskan total 130 orang. Penyelidikan atas insiden tersebut mengungkapkan bahwa para pelaku sebagian besar berbasis di Belgia.
Pada bulan Maret, dua serangan bom di Brussels menewaskan sedikitnya 14 orang dan menyebabkan hampir 100 orang terluka, sementara pemboman terpisah di stasiun metro menewaskan sekitar 20 orang dan melukai sekitar 100 lainnya.
Belgia, rumah bagi lembaga utama Uni Eropa dan markas NATO, telah dilihat sebagai sumber utama perekrutan untuk IS di Eropa. (st/ptv)