ARAB SAUDI (voa-islam.com) - Ketegangan yang semakin meningkat antara Arab Saudi dan Iran atas insiden mematikan pada musim haji tahun lalu telah merambah ke media sosial setelah ratusan pengguna Twitter dari Teluk terlibat perang kata-kata, situs The New Arab melaporkan hari Rabu (14/9/2016).
Banyak jamaah haji telah mengatakan mereka gembira dengan tidak adanya peziarah Iran di haji tahun ini di Mekah, setelah Teheran melarang warganya menghadiri ibadah haji di Arab Saudi.
Hashtag "Haji Tanpa Iran Terorganisir dan Aman" (dalam bahasa Arab: الحج_بدون_ايران_تنظيم_وامان) mulai menjadi tren di Twitter dengan beberapa pengguna membuat komentar mengatakan bahwa Muslim Sunni melaksanakan "lebih baik" tanpa adanya warga Syi'ah Iran selama haji.
Yang lain menyatakan bahwa tidak adanya peziarah asal Iran di haji tahun ini berarti bahwa proses tersebut berjalan lebih lancar dan damai.
Beberapa pengguna Twitter - sebagian besar dari kawasan Teluk - mengatakan mereka berharap bahwa peziarah Iran, yang dikenal memiliki riwayat menciptakan kerusuhan selama haji, tidak akan lagi menghadiri ibadah haji di masa-masa mendatang.
"Mimpi terpendam"
Rezim Syi'ah Iran sedang mengekspos mimpi lama terpendam mereka yang sampai saat ini tidak kesampaian untuk melemahkan status dan kesucian tempat-tempat suci umat Muslim di Arab Saudi.
Pertikaian diplomatik antara Iran dan Arab Saudi didorong oleh insiden mematikan haji tahun lalu di Makkah.
Iran menuduh ketidakmampuan dan kegagalan Riyadh untuk menyelidiki tragedi desak-desakan tahun 2015 atau mengambil tindakan pencegahan yang memuaskan untuk haji tahun ini. Dalam insiden desak-desakan selama haji tahun lalu, lebih dari 700 jamaah meninggal - sebagian dari mereka orang Syi'ah Iran.
Penyelidikan kemudian mengungkapkan, para peziarah Syi'ah Iran terlibat dalam pelanggaran keamanan karena yang menyebabkan insiden desak-desakan dan saling injak itu terjadi.
Pemerintah Saudi karenanya bermain keras dan menolak untuk tunduk kepada permintaan yang tidak beralasan dari pemerintah Syi'ah Iran. Akibatnya, kesepakatan antara Iran dan Arab Saudi untuk haji tidak bisa disetujui dan peziarah Iran dilarang masuk.
Ketegangan lebih lanjut dipicu setelah demonstran Syi'ah membakar kedutaan besar Saudi di Teheran dan konsulat mereka di Mashad Iran, yang mengarah ke kedua negara untuk akhirnya memutuskan hubungan. Pada bulan Agustus, Tehran mengeksekusi setidaknya sepuluh tahanan Muslim Sunni ditahan atas tuduhan terorisme, meskipun klaim mereka dinyatakan bersalah berdasarkan pengakuan yang timbul akibat berada di bawah penyiksaan.
Pada bulan Mei, Iran mengeluarkan larangan yang melarang warga negaranya bepergian ke Arab Saudi untuk melakukan ibadah haji, sebagai gantinya rezim garis keras Ayatola Ali Kamenei mengarahkan mereka ke Karbala Irak untuk melakukan apa yang disebut sebagai "haji alternatif". (st/TNA)