AMERIKA SERIKAT (voa-islam.com) - Omar Mateen, pelaku penembakan massal terburuk dalam sejarah AS, mengatakan kepada seorang negosiator polisi bahwa Amerika Serikat harus menghentikan serangan udara terhadap kelompok Islamic State (IS) di Suriah dan Irak selama pengepungan di sebuah klub malam khusus gay di Florida.
Sebuah transkrip percakapan telepon yang dirilis pada hari Jum'at (23/9/2016) mengungkapkan Mateen mengidentifikasi dirinya kepada operator 911 sebagai penembak di klub malam Pulse di Orlando sekitar setengah jam setelah serangan dimulai, dan bersumpah setia kepada IS.
49 orang tewas dalam serangan 12 Juni dan 53 lainnya luka berat.
"Saya ingin Anda tahu saya di Orlando dan saya melakukan penembakan," kata Mateen.
Segera setelah itu, ketika seorang negosiator polisi menjabab panggilan tersebut, Mateen menuntut Washington menghentikan serangan udara di Suriah dan Irak.
"Mereka membunuh banyak orang tak bersalah," kata Mateen, putra kelahiran New York dari seorang imigran Afghanistan. "Apa yang harus saya lakukan di sini ketika orang saya menjadi korban di sana?"
Kemudian selama percakapan Mateen menunjuk kematian pemimpin militer IS Abu Wahid, yang tewas dalam serangan udara Mei, sebagai pemicu untuk tindakannya.
"Mereka seharusnya tidak membom dan membunuh Abu Wahid," kata Mateen yang juga membandingkan dirinya dengan bomber Boston Marathon Tamerlan Tsarnev menurut transkrip.
Tiga orang tewas dan lebih dari 260 terluka setelah dua bom, ditanam oleh Tsarnev, meledak di garis finish Boston Marathon pada 2013.
"Rekan saya Tamerlan Tsarnaev melakukan "proyek" di Boston Marathon," kata Mateen. "Jadi, sekarang giliran saya, OK?"
Mateen lanjut mengatakan kepada perunding bahwa ia telah berpuasa dan berdoa sepanjang hari sebelum menuju ke klub malam Florida karena itu bulan Ramadhan, dan bahwa ia telah menanam bom di dalam kendaraan di luar klub malam gay, klaim yang kemudian ternyata tidak benar.
Sejak peristiwa di Orlando pada 12 Juni sejumlah plot serangan lebih lanjut yang terinspirasi Islamic State telah ditemukan oleh pasukan keamanan AS meningkatkan kekhawatiran keamanan di Amerika Serikat.
Pada tanggal 19 September Ahmad Khan Rahani, AS warga AS keturunan Afghanistan, ditangkap setelah baku tembak dengan polisi di New York setelah menanam tiga bom di kota akhir pekan sebelumnya. Salah satu bom meledak dan melukai 29 orang. (st/TNA)