BEIRUT, LIBANON (voa-islam.com) - Korps Pengawal Revolusi Syi'ah Iran (IRGC) diduga telah mengeksekusi seorang petugas mereka yang enggan untuk berperang di Suriah, NOW News melaporkan hari Senin (10/10/2016) mengutip kantor berita Asharq Al-Awsat.
Asharq Alawsat mengatakan hari Senin bahwa Mohammad Reza Hmeidawi, petugas IRGC berusia 27 tahun, disiksa sampai mati hari Jum'at, sehari setelah unitnya diangkut dari bandara Ahvaz ke Suriah.
Surat kabar itu mengutip "sumber informasi" yang mengatakan bahwa Hmeidawi memberitahu keluarganya bahwa ia menolak untuk dikirim ke Suriah, setelah itu IRGC mengirim dia ke "lokasi yang tidak diketahui."
Para kerabat Hmeidawi yang khawatir berhasil mendapatkan izin untuk bertemu dengan dia, menurut sumber, yang menjelaskan bahwa IRGC membawa saudara nya ke salah satu pusat penahanan pasukan mereka di provinsi Ahvaz.
Namun, saudaranya menemukan bahwa Hmeidawi sudah dalam keadaan mati, dengan mayatnya terlihat tanda tali di leher, seolah-olah gantung diri. Para pejabat IRGC mengatakan bahwa Hmeidawi telah bunuh diri.
Sumber itu menambahkan bahwa saudara Hmeidawi juga melihat tanda memar di mayatnya. IRGC awalnya menolak untuk menyerahkan mayatnya ke keluarga. Pada akhirnya kerabat Hmeidawi dipanggil ke pemakaman dekat rumah mereka hari Ahad untuk melakukan penguburan.
Pada bulan November 2015, Asharq Alawsat melaporkan bahwa IRGC telah mengalihkan sejumlah komandan dan petugas ke pengadilan militer setelah mereka menolak untuk bertugas di Suriah.
"Keputusan IRGC datang setelah anggotanya diberi pilihan apakah melaksanakan misi di Suriah atau dipecat dan dilarang dari semua jabatan pemerintahan," koran itu mengutip perkataan sebuah "sumber informasi terpercaya".
Sumber tersebut menyatakan bahwa setelah meningkatnya jumlah orang yang meminta untuk meninggalkan IRGC, terutama di kalangan generasi muda, institusi militer terpaksa meninjau kebijakan lama mereka.
Anggota IRGC sekarang harus "pergi ke Suriah atau menghadapi pengadilan militer dengan kemungkinan dituduh melakukan 'pembangkangan dan pengkhianatan," tambah sumber yang tidak disebutkan namanya.
Laporan Asharq Alawsat ini terjadi di tengah peningkatan korban militer Iran selama tahun lalu di Suriah, di mana Tehran telah dilaporkan mengerahkan ribuan pasukan untuk berjuang bersama pasukan rezim teroris Assad melawan mujahidin di barat laut negara itu. (st/NOW)