SABHA, LIBYA (voa-islam.com) - Setidaknya 16 orang tewas dan 50 luka-luka di Libya dalam empat hari bentrokan antara faksi-faksi yang bertikai di selatan kota Sabha, kata seorang pejabat kesehatan pada hari Ahad (20/11/2016)
Menurut warga dan laporan lokal, pertempuran kekerasan terbaru meletus antara dua suku setelah sebuah insiden di mana monyet milik seorang penjaga toko dari suku Gaddadfa menyerang sekelompok siswi yang lewat.
Monyet tersebut menarik salah satu jilbab dari para gadis-gadis tersebut, membuat orang-orang dari suku Awlad Suleiman untuk membalas dengan membunuh tiga orang dari suku Gaddadfa serta monyet tersebut, menurut warga yang berbicara kepada Reuters.
"Ada eskalasi pada hari kedua dan ketiga, dengan menggunakan tank, mortir dan senjata berat lainnya," kata warga kepada Reuters melalui telepon, berbicara dengan syarat anonim karena situasi keamanan yang memburuk.
"Masih ada bentrokan sporadis, dan kehidupan benar-benar tidak ada di daerah di mana terjadi pertikaian."
Seperti bagian lain dari Libya, Sabha telah secara berkala diganggu oleh konflik sejak pemberontakan yang menggulingkan Muammar Khadafi lima tahun lalu memecah negara itu menjadi pihak-fihak yang bertikai.
Di wilayah Sabha, sebuah hub untuk imigran dan penyelundupan senjata di selatan, pelanggaran milisi sering diabaikan Libya dan memburuknya kondisi kehidupan telah sangat akut.
Kota ini terletak sekitar 660km selatan Tripoli.
Suku Gaddadfa dan Awlad Suleiman mewakili faksi-faksi bersenjata paling kuat di wilayah tersebut.
Selama bentrokan terbaru, yang berlangsung di pusat kota, upaya awal oleh para pemimpin suku untuk menenangkan pertempuran dan mengatur gencatan senjata sehingga jenazah bisa diambil telah gagal, kata penduduk.
Pada hari Ahad, Sabha Medical Centre telah menerima mayat 16 orang tewas dalam bentrokan dan sekitar 50 yang terluka, kata seorang juru bicara pusat kesehatan tersebut.
"Ada wanita dan anak-anak di antara yang terluka dan beberapa orang asing dari negara-negara Afrika sub-Sahara di antara mereka yang tewas akibat penembakan tanpa pandang bulu," katanya. (st/MEE)