SIRTE, LIBYA (voa-islam.com) - Ratusan pejuang Islamic State [IS] telah "menghilang" dari benteng terakhir mereka di Sirte, Libya dan bisa bergabung kembali di dalam negara yang dilanda perang itu dan di Eropa untuk melakukan serangan.
Pasukan yang setia kepada pemerintah persatuan Libya pada hari Senin mengklaim mengontrol penuh Sirte.
"Banyak militan IS secara misterius menghilang dan kita masih tidak memiliki jawaban," Koresponden New Arab Libya, Abdullah al-Sharif, mengatakan.
"Perkiraan Libya telah menempatkan jumlah militan di kota itu pada angka terbaik 1500, sedangkan laporan Barat telah mengatakan, ada 5.000 hingga 6.000.
Dia menambahkan bahwa para pejuang yang meloloskan diri mungkin telah menemukan perlindungan di daerah tanpa hukum di tengah dan selatan negara itu dan akan berkumpul kembali untuk memulai serangan setiap saat.
Pejuang IS sudah memiliki basis di daerah padang pasir yang luas Libya dan sedang bekerja untuk membangun hubungan dengan suku-suku lokal.
"Sebagian besar pengamat berpikir mereka telah pindah ke wilayah perbatasan dengan Chad dan Sudan atau Aljazair dan Niger.
Hal ini pada akhirnya bisa menyebabkan sebuah konflik internal daerah baru dengan faktor suku dan etnis," kata Sharif.
Pertempuran untuk memperebutkan Sirte menelan korban sekitar 700 pasukan loyalis dan 1000 pejuang IS, media officer dan petugas medis Bunyan al-Marsous telah mengaku kepada The New Arab, menyisakan sekitar 500 pejuang yang belum ditemukan, bila menurut perkiraan Libya.
Ruang operasi Bunyan al-Marsous sebelumnya mengatakan ratusan pejuang IS kemungkinan mundur dari kota itu sekitar Juli sebelum sepenuhnya dikepung.
Pada bulan Agustus, sumber mengatakan kepada The New Arab bahwa pesawat tempur membom konvoi IS di selatan Sirte ketika mereka mundur dari kota itu untuk berlindung di daerah gurun kasar.
Sebuah laporan Uni Eropa memperingatkan pada hari Rabu (7/12/2016) bahwa pejuang asing IS di Libya bisa menggunakan koneksi kebangsaan atau keluarga untuk kembali ke Eropa dan beberapa mungkin mendapatkan perintah untuk menyerang.
"Mereka mayoritas yang akan pulang kembali, dan mereka yang akan dikirim kembali pada misi tertentu, yang paling memprihatinkan," laporan itu memperingatkan.
Pada hari Selasa, pasukan loyalis mengatakan tentara mereka "mengejar ekstrimis terakhir yang bertahan di kurang dari 10 rumah" di distrik pinggir laut dari al-Giza al-Bahriya, yang terakhir jatuh dalam pertempuran hampir tujuh bulan lamanya. (st/TNA)