TEL AVIV, ISRAEL (voa-islam.com) - Milisi Syi'ah Hizbullata Libanon berperang di Suriah dengan sistem senjata Amerika Serikat yang disediakan oleh AS untuk Tentara Libanon, kantor Reuters di Tel Aviv, mengatakan Rabu (21/12/2016).
Israel telah memasok pemerintah AS dengan bukti, termasuk foto, dari kendaraan lapis baja yang disediakan oleh Amerika yang digunakan oleh Syi'ah Hizbullata di Suriah, kata seorang perwira senior Israel.
Perwira senior itu menambahkan bahwa sementara tidak jelas bagaimana Syi'ah Hizbullata memperoleh APC Amerika dari Angkatan Bersenjata Libanon, ia percaya bahwa itu adalah bagian dari "kesepakatan" dan bahwa Hizbullah baru-baru ini "memperkuat cengkeramannya pada lembaga-lembaga nasional utama di Libanon, "termasuk tentaranya.
Libanon saat ini penerima kelima tertinggi bantuan militer AS dalam bentuk senjata ringan dan menengah dan kendaraan lapis baja, yang disediakan oleh pemerintahan Obama untuk membantu Lebanon melawan organisasi-organisasi jihad. Ini termasuk APC M-113 dan tank M-60.
Pengiriman terbaru pada bulan Agustus adalah senilai jutaan diperkirakan dan termasuk 50 APC baru dan 40 artileri.
Menurut sang perwira, "Israel ingin melihat Libanon berkembang dan percaya bahwa mereka membutuhkan tentara tetapi tidak ingin melihat Hizbullata memainkan peran utama di dalamnya.
"Intelijen Israel percaya bahwa kerjasama antara LAF (Ankatan Bersenjata Libanon) dan Hizbullah (baca;Hizbullata) telah mencapai tingkat dimana dua kekuatan patroli bersama di perbatasan Israel-Libanon dan Hizbullah mengarahkan LAF di mana untuk membangun pos pengamatan baru di perbatasan dan pembagian dalam data intelijen yang dikumpulkan.
Dalam beberapa pekan terakhir, Israel telah memperoleh bukti dari beberapa APC yang dipasok AS digunakan oleh Syi'ah Hizbullata di medan perang di Suriah.
Milisi Syi'ah bersenjata Libanon, Hizbullata telah berjuang untuk sebagian enam tahun terakhir bersama rezim teroris Assad dan Korps Pengawal Revolusi Syi'ah Iran (IRGC) di Suriah dan saat ini telah kehilangan lebih dari 1.700 pejuangnya.
Bukti itu diteruskan AS melalui saluran kerjasama intelijen standar dan belum jelas apakah pemerintah Obama telah menindaklanjuti dengan pemerintah Libanon. (st/Orient)