KANDAHAR, AFGHANISTAN (voa-islam.com) - Lima pejabat UEA termasuk di antara 56 orang yang tewas dalam serangkaian pemboman di kota Afghanistan, kata pihak berwenang pada hari Rabu (11/1/2017).
Emirati (sebutan orang Uni Emirat Arab) di antara 13 orang yang tewas ketika bahan peledak yang disembunyikan di sofa diledakkan di dalam kompleks gubernur di Kandahar selatan pada Selasa, sementara duta besar UEA untuk Afghanistan lolos dari serangan nemun mengalami cedera.
Hanya beberapa jam sebelumnya, ledakan kembar Taliban di Kabul merobek karyawan yang keluar dari gedung parlemen, yang merupakan tempat kantor anggota parlemen, menewaskan sedikitnya 36 orang dan melukai 80 lainnya.
Dan sebelumnya pada hari Selasa, pembom jibaku Taliban menewaskan tujuh orang di Lashkar Gah, ibukota provinsi Helmand. Ini terjadi ketika mereka meningkatkan serangan nasional meskipun awal musim dingin, ketika perlawanan biasanya berkurang.
Gubernur Kandahar Humayun Azizi dan utusan UEA Juma Mohammed Abdullah Al Kaabi terluka oleh api dari ledakan, tetapi banyak orang lain terbakar parah, kata kepala polisi provinsi Abdul Raziq, yang berada di tempat kejadian saat ledakan terjadi.
Para pejabat Emirat yang tewas adalah "pada misi untuk melaksanakan proyek-proyek kemanusiaan, pendidikan dan pembangunan", kantor berita resmi UAE WAM melaporkan Rabu.
"Kejadian ini sama sekali tidak akan mempengaruhi hubungan dan kerjasama antara Afghanistan dan UEA," kata Presiden Ashraf Ghani, memerintahkan penyelidikan pemboman.
Taliban membantah bertanggung jawab atas serangan Kandahar, tetapi mereka mengatakan mereka berada di belakang ledakan Kabul.
Dalam ledakan pertama di Kabul, seorang pembom jibaku meledakkan dirinya di samping sebuah minibus yang mengangkut pegawai pemerintah. Ketika tim penyelamat mencapai tempat kejadian, sebuah bom mobil meledak.
Di antara 36 korban tewas adalah empat polisi yang tewas dalam ledakan kedua ketika mereka bergegas untuk membantu korban ledakan pertama.
Juru bicara kementerian kesehatan Waheed Majroh memperingatkan bahwa jumlah korban diperkirakan meningkat karena banyak terluka berjuang untuk hidup mereka di rumah sakit. (st/TNA)