WINA, AUSTRIA (voa-islam.com) - Koalisi moderat yang berkuasa di Austria telah melarang wanita Muslim mengenakan cadar yang menutupi wajah secara penuh, seperti burqa dan niqab, di tempat umum seperti sekolah dan lapangan.
Pada hari Selasa (31/1/2017), Austria menjadi negara terbaru Eropa yang mengambil langkah-langkah tersebut dan telah mengumumkan bahwa mereka sedang mempertimbangkan larangan jilbab bagi perempuan yang bekerja di pelayanan publik.
Langkah-langkah itu adalah bagian dari paket reformasi yang dikeluarkan oleh partai berkuasa Sosial Demokrat (SPÖ) dan kanan tengah partai Rakyat Austria (OVP) yang bertujuan untuk mencegah runtuhnya koalisi mereka yang hampir jatuh selama negosiasi krisis.
"Kami berkomitmen untuk masyarakat terbuka, yang juga mengandaikan komunikasi terbuka. Sebuah kerudung wajah penuh di tempat umum menghalangi jalan dan karena itu akan dilarang," kata sebuah pernyataan yang dikeluarkan oleh koalisi.
Seorang juru bicara pemerintah mencatat bahwa tujuan wisata, seperti resor ski, dan pusat Wina juga termasuk dalam larangan tersebut.
Kebijakan baru lainnya juga disepakati seperti meningkatkan jaringan CCTV negara dan "Tahun integrasi" wajib untuk pengungsi, di mana mereka harus berkomitmen untuk belajar bahasa Jerman dan bekerja di organisasi amal.
Pembatasan serupa juga telah diadopsi di Prancis dan Belgia sejak 2011 sementara Belanda memperkenalkan larangan parsial pada tahun 2015. Tahun lalu, Kanselir Jerman Merkel juga menyerukan pelarangan niqab dan burqa.
Sementata itu Ibrahim Olgun, direktur Faith Community Islam Austria, mengecam larangan tersebut, menekankan bahwa hal itu akan "menarik dengan kuat" dari bawah upaya yang dilakukan untuk membangun hubungan kerjasama yang baik antara pemerintah Austria dan populasi Muslim di negara itu. (st/ptv)