IDLIB, SURIAH (voa-islam.com) - Sebuah pertukaran tawanan berlangsung di pinggiran Hama, Suriah, di dekat perbatasan Idlib pada hari Selasa (07/02), di mana 45 tahanan pro-rezim yang terdiri dari wanita dan anak-anak ditukar dengan 55 orang perempuan termasuk anak-anak yang menentang rezim.
Organisasi independen Urusan Tahanan mengorganisir pertukaran tahanan tersebut sementara Bulan Sabit Merah turut hadir untuk memfasilitasi dan memediasi pertukaran tawanan.
Hamood Jneid, seorang warga kota yang dikuasai pejuang oposisi di Kafranbel, Idlib hadir pada pertemuan pertukaran tawanan, ia mengatakan banyak wanita yang ditahan oleh rezim teroris Assad.
Jneid mengatakan bahwa beberapa wanita dijatuhi hukuman seumur hidup, tanpa pengadilan yang sesuai.
Di antara nama-nama perempuan yang ditahan oleh rezim adalah Rasha Sharbaji, seorang ibu dari enam orang anak, yang ditahan bersama dengan anak-anaknya.
Sharbaji ditangkap ketika ia pergi untuk mengurus paspornya, sebagai tekanan bagi suaminya aktif dalam revolusi sejak 2011.
Menurut Jneid, dia memiliki anak kembar saat dia berada di penjara Assad.
Suaminya meninggal pada tahun 2014 ketika mencoba untuk menyeberang ke Eropa.
Pada tahun 2016, Duta Besar AS untuk PBB, Samantha Power menyebut Sharbaji adalah salah satu dari 20 perempuan yang merupakan tahanan politik dalam kampanye 'Bebaskan 20'.
Jneid mengatakan pihak oposisi terpaksa menahan para tawanan wanita pro-Assad sebagai tawar-menawar untuk memulangkan para wanita mereka.
Menurut laporan yang diterbitkan oleh Amnesty, pemerintah Suriah lakukan eksekusi masal dengan menggantung dan melakukan penyiksaan sistematis terhadap 30.000 tahanan dari tahun 2011-2015 di penjara militer di dekat Damaskus.
"Para korban adalah warga sipil yang diduga sangat menentang pemerintah Bashar," kata laporan itu. "Banyak tahanan lain di penjara militer Sednaya tewas setelah berulang kali disiksa dan secara sistematis tanpa diberi makanan, air, obat-obatan dan perawatan medis." (st/aby)